Jumat, November 05, 2021

Makna Belajar melalui Bermain bagi Anak Usia Dini

Bermain Anak Usia Dini - Kali ini situs Membumikan Pendidikan akan share seputar makna belajar melalui bermain bagi anak usia dini. Sudah sahabat-sahabat ketahui bahwa semua anak di dunia ini baik dari kalangan manapun mereka berasal, pastilah gemar bermain. Bermain merupakan suatu aktivitas yang khas dan sangat berbeda dengan aktivitas lain seperti bekerja yang selalu dilakukan oleh orang dewasa dalam rangka mencapai suatu hasil akhir.

Pengetahuan tentang teori belajar dan pembelajaran bagi anak usia dini ini bermanfaat tidak saja bagi guru pada lembaga PAUD, tetapi juga bermanfaat bagi para orang tua dan orang dewasa lainnya yang memiliki tanggung jawab dalam membelajarkan anak di manapun dan kapan pun.

Makna Belajar melalui Bermain bagi Anak Usia Dini

Mengutip penyataan Mayesty (1990: 196-197) bagi seorang anak, bermain adalah kegiatan yang mereka lakukan sepanjang hari karena bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah permainan. Anak usia dini tidak membedakan antara bermain, belajar dan bekerja. Anak-anak umumnya sangat menikmati permainan dan akan terus melakukannya di manapun mereka memiliki kesempatan. Sehingga bermain adalah salah satu cara anak usia dini belajar, karena melalui bermainlah anak belajar tentang apa yang ingin mereka ketahui dan pada akhirnya mampu mengenal semua peristiwa yang terjadi di sekitarnya.

Piaget dalam Mayesty (1990: 42) mengatakan bahwa bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan/kepuasan bagi diri seseorang. Sedangkan Parten memandang kegiatan bermain sebagai sarana sosialisasi, diharapkan melalui bermain dapat memberi kesepakatan anak bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan. Selain itu, kegiatan bermain dapat membantu anak mengenal tentang diri sendiri, dengan siapa ia hidup serta lingkungan tempat di mana ia hidup.

Semua anak senang bermain, setiap anak tentu saja sangat menikmati permainannya, tanpa terkecuali. Melalui bermain anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan dapat menjadi lebih dewasa. Untuk lebih memahami hakikat bermain, berikut beberapa pendapat ahli tentang bermain.

Bermain menurut Ahli Pendidikan

Buhler dan Danziger dalam Roger dan Sawyers (1995: 2-7), berpendapat bahwa bermain adalah kegiatan dimana anak mendapat sesuatu hal baru yang ingin diketahui. Kegiatan yang membuka kesenangan, kegiatan yang dapat membuatnya merasa mampu, dan bermain dalam mempertahankan motivasi instrinsik anak.

Docket dan Fleer (2000: 14-15) berpendapat bahwa bermain merupakan kebutuhan bagi anak, karena melalui bermain anak akan memperoleh pengetahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya. Bermain merupakan suatu aktivitas yang khas dan sangat berbeda dengan aktivitas lain seperti belajar dan bekerja yang selalu dilakukan dalam rangka mencapai suatu hasil akhir.

Vygotsky dalam Naughton (2003: 46) percaya bahwa bermain membantu perkembangan kognitif anak secara langsung, tidak sekadar sebagai hasil dari perkembangan kognitif seperti yang dikemukakan oleh Piaget. Ia menegaskan bahwa bermain simbolik memainkan peran yang sangat penting dalam perkembangan berpikir abstrak. Sejak anak mulai bermain pura-pura, maka anak menjadi mampu berpikir tentang makna-makna objek yang mereka representasikan secara independen.

Berhubungan dengan pembelajaran, Vygotsky dalam Naughton (2003: 52) berpendapat bahwa bermain dapat menciptakan suatu zona perkembangan proximal pada anak. Dalam bermain, anak selalu berperilaku di atas usia rata-ratanya, di atas perilakunya sehari-hari, dalam bermain anak dianggap ‘lebih’ dari dirinya sendiri.

Terdapat dua ciri utama bermain bagi anak usia dini, yaitu:

  1. Semua aktivitas bermain representasional menciptakan situasi imajiner yang memungkinkan anak untuk menghadapi keinginankeinginan yang tidak dapat direalisasikan dalam kehidupan nyata, dan;
  2. Bermain representasional memuat aturan-aturan berperilaku yang harus diikuti oleh anak untuk dapat menjalankan adegan bermain (Naughton, 2003: 52).

Selain itu, Irawati juga berpendapat bahwa bermain adalah kebutuhan semua anak, terlebih lagi bagi anak-anak yang berada di rentang usia 3-6 tahun. Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan anak dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian dan memberikan informasi, memberi kesenangan dan mengembangkan imajinasi anak secara spontan dan tanpa beban. Pada saat pembelajaran berlangsung hampir semua aspek perkembangan anak dapat terstimulasi dan berkembang dengan baik termasuk didalamnya perkembangan kreativitas.

Pernyataan di atas sejalan dengan pernyataan Catron dan Allen (1999: 21) yang mengemukakan bahwa bermain dapat memberikan pengaruh secara langsung terhadap semua area perkembangan. Anak-anak dapat mengambil kesempatan untuk belajar tentang dirinya sendiri, orang lain dan lingkungannya. Selain itu, pembelajaran juga memberikan kebebasan pada anak untuk berimajinasi, bereksplorasi dan menciptakan suatu bentuk kreativitas. Anak-anak memiliki motivasi dari dalam dirinya untuk bermain, memadukan sesuatu yang baru dengan apa yang telah diketahui.

Anak dalam tumbuh kembangnya melewati “periode sensitif” yang merupakan masa awal untuk belajar. Periode dan kesempatan seperti ini tidak datang untuk kedua kalinya. Selama periode sensitif, anak menjadi peka atau mudah terstimulasi oleh aspek-aspek yang berada di lingkungannya. Untuk ulasan tentang periode sensitif ini, membumikan pendidikan akan sajikan dalam satu postingan khusus di postingan berikutnya.

Demikian ulasan sekilas mengenai Makna Belajar melalui Bermain bagi Anak Usia Dini. Semoga bisa menambah wawasan sahabat-sahabat membumikan pendidikan dan dapat menjadi bekal dalam mendidik anak agar bisa tumbuh sesuai dengan perkembangannya.

Belum ada Komentar untuk "Makna Belajar melalui Bermain bagi Anak Usia Dini"

Posting Komentar

Komentar yang mengandung sara, pornografi, tidak sesuai dengan pembahasan, memasukan link aktif, dan bersifat merugikan orang lain akan dihapus. Terima kasih.

Advertisemen