Minggu, Maret 22, 2015

Kebutuhan Bermain pada Anak dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Anak

Kebutuhan Bermain pada Anak dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Anak - Dunia anak adalah dunia bermain. Menurut Conny R. Semiawan tahun 2002, bermain adalah aktivitas yang dipilih sendiri oleh anak karena menyenangkan, bukan karena hadiah atau pujian.

Baca juga : Makna Bermain bagi Perkembangan Anak Usia Dini

Froebel dalam Brewer (2007: 41) mengatakan bahwa permainan dalam pendidikan anak usia dini merupakan pondasi bagi pembelajaran anak sehingga dapat menjembatani anak antara kehidupan di rumah dan kehidupan anak di sekolah.

Bermain adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang demi suatu kesenangan, tanpa ada tujuan atau sasaran yang hendak dicapai. Jadi, apapun kegiatannya bila dilakukan dengan senang bisa dikatakan bermain. Bermain dapat berpengaruh terhadap perkembangan fisik, kreativitas, pengetahuan, tingkah laku sosial dan nilai moral anak.
Kebutuhan Bermain pada Anak dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Anak
Menurut Aase Erikse dalam bukunya yang berjudul Playground Design, Outdoor Environments for Learning and Development, mengatakan bahwa fungsi bermain adalah sebagai proses pembelajaran mengenai aturan tertentu, sarana pelepasan emosi dan cara anak memahami dunia dengan melakukan eksplorasi sebanyak-banyaknya dan tujuan bermain bagi anak adalah untuk mengeluarkan energi yang berlebihan, melatih dan menyempurnakan insting, persiapan bagi anak untuk kehidupan masa depannya dan untuk memulihkan tenaga, penyegaran setelah kegiatan belajar secara formal.

Baca juga : Pembelajaran yang Menyenangkan Melalui Bermain

Pengaruh Bermain Terhadap Perkembangan Anak

Bermain memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan anak usia dini, yaitu :
  • Perkembangan fisik anak
Bermain aktif penting bagi anak untuk mengembangkan otot-otot tubuh dan melatih seluruh bagian tubuhnya. Bermain juga berfungsi sebagai penyaluran tenaga yang berlebihan yang bila terpendam terus akan membuat anak menjadi tegang, gelisah dan mudah tersinggung.
  • Dorongan komunikasi
Agar dapat bermain dengan baik bersama dengan yang lain, anak harus belajar berkomunikasi dalam arti mereka dapat mengerti dan sebaliknya mereka harus belajar mengerti apa yang dikomunikasikan anak lain.
  • Penyaluran emosi yang terpendam
Bermain merupakan sarana bagi anak untuk menyalurkan ketegangan yang disebabkan oleh pembatasan lingkungan terhadap mereka. Dalam bermain anak belajar bagaimana harus bersikap dan bertingkah laku agar dapat bekerja sama antara satu dengan yang lain.
  • Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan
Kebutuhan dan keinginan yang tidak dapat dipenuhi dengan cara lain seringkali dapat dipenuhi dengan bermain.
  • Sumber belajar
Bermain memberi kesempatan untuk mempelajari berbagai hal melalui buku, televisi atau menjelajah lingkungan sekitar.
  • Rangsangan bagi kreativitas
Kebebasan berekspresi yang didapat melalui kegiatan bermain memberikan kesempatan bagi anak untuk mengembangkan kreasinya sesuai dengan keinginannya.
  • Perkembangan wawasan diri
Dengan bermain anak mengetahui tingkat kemampuan mereka dan membandingkannya dengan teman-teman mereka dalam bermain.
  • Belajar bersosialisasi
Dengan bermain bersama anak lain, mereka belajar bagaimana membentuk hubungan sosial dan bagaimana menghadapi dan memecahkan masalah yang timbul dalam hubungan tersebut. Bermain juga melatih komunikasi anak dengan temannya.
  • Standar moral
Bermain sebagai standar moral, maksudnya walaupun belajar di rumah dan di sekolah tentang apa saja yang dianggap baik dan buruk oleh kelompok, namun tidak ada pemaksaan standar moral paling teguh selain dalam kelompok bermain.
  • Mengembangkan kepribadian
Melalui hubungan yang terjadi antar sesama anggota suatu kelompok bermain, anak belajar bagaimana menjadi anak yang murah hati, jujur, sportif, dapat dipercaya dan disukai orang lain.

Menurut Achdiani, 2004, bermain memiliki peran sebagai sarana sosialisasi. Ada enam bentuk interaksi antar anak yang terjadi pada saat mereka bermain, yaitu :
  • Unoccuped Play. Anak tidak benar-benar terlibat, melainkan hanya mengamati kejadian di sekitarnya yang menarik perhatian anak.
  • Bermain sendiri. Bermain sendiri biasanya tampak pada anak yang berusia amat muda. Anak sibuk bermain sendiri dan tampaknya tidak memperhatikan kehadiran anak lain di sekitarnya.
  • Pengamat. Kegiatan bermain dengan mengamati anak-anak lain melakukan kegiatan bermain, dan tampak ada minat yang semakin besar terhadap kegiatan anak lain yang diamatinya.
  • Bermain pararel. Bermain pararel tampak saat dua anak atau lebih bermain dengan jenis alat permainan yang sama dan melakukan gerakan atau kegiatan yang sama, tetapi bila diperhatikan tampak bahwa sebenarnya tidak ada interaksi di antara mereka. Bentuk kegiatan bermain ini tampak pada anak yang sedang bermain mobil-mobilan, membuat bangunan dari balok-balok dan sebagainya.
  • Bermain asosiatif. Bermain asosiatif ditandai dengan adanya interaksi antar anak yang bermain, saling tukar alat permainan, akan tetapi bila diamati akan tampak bahwa masing-masing anak sebenarnya tidak terlibat dalam bekerja sama. Contohnya adalah anak yang sedang menggambar, mereka berbagi pensil warna. Meskipun ada interaksi di antara mereka, namun sebenarnya kegiatan menggambar tersebut mereka lakukan sendiri-sendiri.
  • Bermain bersama. Bermain bersama ditandai dengan adanya kerja sama atau pembagian tugas dan pembagian peran antar anak-anak yang terlibat dalam permainan untuk mencapai satu tujuan tertentu.

Baca juga : Tiga Jenis Bermain dalam Penelitian Anak Usia Dini

Demikianlah uraian mengenai Kebutuhan Bermain pada Anak dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Anak. Semoga dapat bermanfaat dan menambah wawasan sahabat-sahabat membumikan pendidikan yang budiman.

Belum ada Komentar untuk "Kebutuhan Bermain pada Anak dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Anak"

Posting Komentar

Komentar yang mengandung sara, pornografi, tidak sesuai dengan pembahasan, memasukan link aktif, dan bersifat merugikan orang lain akan dihapus. Terima kasih.

Advertisemen