Selasa, Oktober 21, 2014

Perkembangan Bahasa dan Sosial Emosional Anak Usia Dini

Perkembangan Bahasa dan Sosial Emosional Anak - Setelah pada artikel sebelumnya situs Membumikan Pendidikan telah berbagi dua aspek perkembangan anak usia dini yaitu tentang perkembangan fisik dan kognitif. Maka pada kesempatan kali ini, membumikan pendidikan akan mengulas tentang bagaimana perkembangan bahasa dan sosial emosional anak usia dini.

Empat aspek perkembangan anak usia dini yaitu perkembangan fisik, perkembangan kognitif, perkembangan bahasa, dan perkembangan sosial emosional. Di bawah ini pembahasan dua aspek terakhir dari perkembangan anak, yaitu aspek perkembangan bahasa dan perkembangan sosial emosional anak usia dini.

Perkembangan Bahasa Anak

MacWhinney mengatakan, perkembangan berbahasa yang normal bersifat teratur, bertahap dan bergantung pada kematangan dan kesempatan belajar (Allen, 2010: 30). Bahasa seringkali didefinisikan sebagai sebuah sistem simbol, secara lisan, tertulis dan dengan menggunakan gerak tubuh (seperti melambaikan tangan untuk memanggil, gemetaran karena ketakutan), yang memungkinkan kita untuk berkomunikasi satu sama lain. Tahap Perkembangan bahasa di tahun pertama kehidupan disebut fase pralinguistik atau pra-bahasa. Di sini anak benar-benar bergantung pada gerakan tubuh dan suara seperti menangis dan tertawa untuk menyampaikan perasaan dan kebutuhannya.

Perkembangan Bahasa dan Sosial Emosional Anak Usia Dini

Setelah itu akan beranjak ke tahap linguistik atau bahasa pada tahun kedua. Dimana berbicara menjadi cara utama untuk berkomunikasi. Di atas usia tiga atau empat tahun, anak belajar menyusun kata-kata untuk membentuk kalimat sederhana kemudian diikuti kalimat gabungan yang masuk akal karena anak telah belajar konstruksi tata bahasa yang tepat.

Antara lima sampai tujuh tahun, sebagian besar anak telah terampil menyampaikan pemikiran dan gagasan mereka secara lisan. Pada usia ini anak umumnya sudah menguasai 14.000 kata atau lebih, yang mungkin dapat berkembang menjadi dua atau tiga kali lipat selama fase anak menengah, tergantung pada lingkungan berbahasa anak.

Snow mengatakan, sebagian besar anak dapat memahami berbagai konsep dan hubungan, jauh sebelum mereka bisa menemukan kata-kata untuk mendeskripsikannya (Allen, 2010: 31). Ini yang disebut sebagai bahasa reseptif. Bahasa reseptif mendahului bahasa ekspresif (kemampuan mengucapkan kata untuk menggambarkan dan menjelaskan).

Perkembangan berbicara dan berbahasa berkaitan erat dengan perkembangan umum kognitif, sosial, perseptual, dan otot sel otak anak. Perkembangan berbahasa dan aturan-aturan pemakaiannya juga dipengaruhi oleh jenis bahasa yang anak dengar di rumah, sekolah dan masyarakat itu yang dikatakan oleh Bowerman, Levinson, dan Levninson (Allen 2010:31).

Perkembangan Sosial Emosional Anak

Pada kurun waktu usia 0 - 6 tahun, terjadi 4 tahap perkembangan emosional yang penting yaitu: 

  • Tahap Pertama (0 - 1,5 tahun) yang dikatakan sebagai tahap percaya melawan tidak percaya.

Dikatakan demikian karena pada masa ini bayi memiliki kebutuhan untuk mengetahui apakah dunia ini merupakan tempat yang aman dan dapat diperkirakan melalui terpenuhinya semua kebutuhannya secara tepat dan konsisten. Rasa percaya ini akan tumbuh melalui interaksi yang bermakna setiap hari dengan orangtua atau pengasuhnya. Seperti anak dapat memperoleh makanan ketika lapar, ketika sedang tertekan atau sedih ada yang menolongnya, selalu ada orang di dekatnya dan lain-lain.

Rasa percaya harus ditumbuhkan karena itu merupakan salah satu kunci sukses kelak di kemudian hari. Jika rasa percaya sudah ada dalam diri anak maka anak dapat tumbuh menjadi individu yang memiliki harga diri yang tinggi, optimisme dan kedekatan emosional yang positif. 

  • Tahap Kedua (1,5 - 3 tahun) merupakan tahap menguasai diri melawan malu dan ragu.

Pada tahap ini diharapkan kemandirian dapat muncul pada diri anak. Saat ini merupakan waktunya anak untuk mengetahui batasan-batasan, namun bukan berarti penuh dengan larangan-larangan.

Setiap larangan yang diterapkan harus disertai dengan penjelasan dan alternatif penggantinya. Dengan demikian anak menjadi lebih mudah memahami apa arti batasan-batasan tersebut. Anak menjadi mampu untuk mengukur ganjaran yang positif atau negatif yang akan diterima atas perbuatan yang dilakukannya. Mereka mulai sadar bahwa dirinya berbeda dengan orang lain sehingga anak mulai memiliki keinginannya sendiri.

Tingkah laku agresif maupun tingkah laku yang pro-sosial akan muncul. Ini merupakan waktu yang tepat untuk mengetahui apakah cara yang dipakai untuk mendapatkan apa yang diinginkan itu sudah benar atau salah. Dengan demikian adanya keajegan dan kegiatan yang rutin dan terarah menjadi mutlak diperlukan.

Anak juga mulai belajar mengenal macam-macam perasaan dan namanya (senang, sedih, kesal, marah, kecewa dan lain-lain). Mengaitkan ekspresi tertentu dengan kondisi emosi tertentu pula. Kapan dapat memperlihatkan rasa senang secara tepat ketika berhasil melakukan sesuatu atau sebaliknya. Mengungkapkan rasa kecewa tanpa berlebihan ketika mengalami suatu kegagalan. Mulai belajar untuk mengatasi kondisi frustrasi yang dialaminya. 

  • Tahap Ketiga (3 - 5 tahun) merupakan tahap berinisiatif melawan rasa bersalah.

Karakteristik perkembangan pada masa ini keterampilan sosial, memahami perasaan terlihat berkembang. Anak sudah mengerti tentang membuat ide, waktu, dan bahasa. Saat ini merupakan waktu untuk mencobakan kemampuan yang baru di situasi yang baru juga. Biasanya pada usia ini anak sudah ada yang memasuki wilayah pra sekolah. Sehingga anak akan memiliki banyak kesempatan untuk berinisiatif melakukan sesuatu (mengenal huruf, angka, warna dan lain-lain). Sehingga sebagai tenaga pendidik harus mampu memberikan dukungan agar anak mau terus berinisiatif dan mencoba hal-hal yang baru. Dukungan ini harus terus menerus dilakukan.

  • Tahap Keempat (5 - 12 tahun) anak pada usia tersebut masuk dalam tahap tekun melawan hasil yang rendah

Ketika di lima tahun pertama usianya dapat dilalui anak dengan baik. Maka ketika memasuki usia 6 tahun anak telah memiliki kedekatan yang sehat kepada orangtua. Tidak memiliki kecemasan yang berlebihan, pemahaman yang baik mengenai kondisi emosi dan tahu bagaimana mengekspresikannya.

Jika anak memiliki bekal kemampuan yang baik maka memasuki usia sekolah ini anak akan sangat bergairah dan tekun untuk mengisinya, dan memperlihatkan hasil kerja atau prestasi yang baik. Aturan-aturan mulai diterapkan dan dijalankan dengan benar.

Demikianlah uraian singkat 2 (dua) aspek terakhir dari empat aspek tentang perkembangan anak usia dini. Semoga bermanfaat.

Belum ada Komentar untuk "Perkembangan Bahasa dan Sosial Emosional Anak Usia Dini"

Posting Komentar

Komentar yang mengandung sara, pornografi, tidak sesuai dengan pembahasan, memasukan link aktif, dan bersifat merugikan orang lain akan dihapus. Terima kasih.

Advertisemen