Rabu, Juni 11, 2014

Pelebaran Jaringan dan Keterbukaan Pesantren dalam Pendidikan

Keterbukaan Pesantren - Untuk mengejar ketertinggalan masyarakat pesantren dari dunia luar, berbagai macam hal yang berhubungan dengan metode dan pencapaian sumber daya telah diungkap pada postingan tentang penguatan pendidikan keterampilan di pesantren. Namun demikian, apa yang telah diungkap tersebut, baru sekedar memperbesar potensi pada diri seorang santri. Jika pada gagasan-gagasan itu mampu dicapai, maka yang dibutuhkan selanjutnya adalah memberikan ruang untuk mengaplikasikan potensi-potensi tersebut.

Keterbukaan Pesantren dalam Pendidikan

Sekedar analogi, seorang yang mahir melukis adalah orang yang memiliki potensi untuk menjadi seorang pelukis kondang. Namun, jika orang tersebut tidak pernah menciptakan lukisan, maka apa yang dimilikinya tidaklah berarti apa-apa. Apa yang disajikan semua ini, adalah potensi-potensi yang hendak digali. Dimana keberhasilannya diukur dengan misalnya cara berpikir ilmiah, tercapainya wawasan luas, berpikiran inklusif, hilangnya pikiran picik dan kolot yang selalu menganggap dirinya dan madzhab-nya yang paling benar, kemahiran menterjemah, kemahiran bercocok tanam, dan seterusnya.

Tapi semua hal di atas masih memerlukan ruang aplikasi. Dengan demikian, tahap selanjutnya bagi pesantren adalah membukanya ruang-ruang untuk mengaplikasikan dirinya dengan lembaga-lembaga lain. Nah, perlunya lembaga pesantren sering berinteraksi dengan lembaga-lembaga lain inilah yang berfungsi untuk networking, dengan demikian akan semakin menguntungkan baik pesantren maupun masyarakat.

Sekedar memberikan contoh, program pemberian keterampilan bercocok tanam dalam dunia pesantren. Tentunya akan lebih menunjang ketika pondok memiliki hubungan dengan lembaga-lembaga yang berkenaan dengan masalah tersebut. Paling tidak untuk tenaga ahli pihak pondok akan lebih mudah mendatangkan dari lembaga-lembaga tersebut. Sebagaimana yang telah diimplementasikan oleh Pondok Darul Falah Bogor.

Sebagai sebuah pondok yang mengajarkan keterampilan bercocok tanam, maka pihak pesantren mengadakan kerjasama dengan lembaga IPB. Dengan demikian, pihak pondok lebih mudah untuk mengambil tim ahli dalam bidang tersebut guna memberikan pengajaran dengan bantuan para ahli IPB. Tak hanya itu, kerjasama sebenarnya bisa ditingkatkan dengan melakukan praktek lapangan yang bisa dibantu oleh lembaga-lembaga di luar lainnya. Bahkan, sangat tidak menutup kemungkinan kalau pihak pondok menjalin hubungan dengan pemilik tanah, penyedia benih, sampai pada tempat pendistribusian hasil pertanian. Karena dengan demikian seorang santri biasa diajar praktek secara berhadapan dengan dunia nyata yang kelak akan sangat berguna untuk kebutuhan menghadapi hidup kelak.

Begitu pula dalam upaya pembelajaran jurnalistik, pondok pesantren bisa menjalin hubungan dengan lembaga penulisan atau LSM untuk membantu memberikan pengajaran kepada santri dalam dunia tulis menulis. Bahkan juga tidak menutup kemungkinan bekerja sama dengan jurnal-jurnal, sampai penerbitan yang memungkinkan untuk dipublikasikan karya santri tersebut.

Untuk mengadakan kegiatan ilmiah sebuah pondok pesantren bisa saja bekerja sama dengan perguruan tinggi serta mengundang para pemikir islam Indonesia untuk merangsang minat kajian ke-Islam-an berwawasan ilmiah. Begitu juga untuk meningkatkan mutu pendidikan sebuah pesantren, bisa bekerja sama dengan lembaga-lembaga penulisan, begitu seterusnya.

Pada akhirnya, jalinan hubungan yang baik dengan lembaga-lembaga tersebut juga memungkinkan untuk mempermudah ladang kerja bagi para alumni pesantren. Sebut saja misalnya ada seorang santri yang mahir dalam penerjemahan bahasa arab, dengan terjalinnya hubungan kerjasama pihak pesantren dengan beberapa lembaga penerbitan, sangat memungkinkan bagi para alumni-nya untuk dipekerjakan di lembaga tersebut. Ada dua kerjasama yang saling menguntungkan, di satu sisi, pihak pesantren bisa membuka banyak lapangan kerja untuk para alumni-nya. Dan di sisi yang lain, pihak lembaga lebih dimudahkan untuk mencari tenaga kerja yang berkualitas di bidangnya.

Sekedar informasi, sebagaimana yang dilaporkan oleh Mastuhu, kira-kira pada taun 1973 berbagai macam keterampilan telah diperkenalkan di pondok-pondok pesantren, keterampilan seperti pertukangan, menjahit, perbengkelan, peternakan, pertanian, dan sebagainya. Begitu juga, banyak sekali lembaga-lembaga yang ikut aktif ambil bagian dalam rangka menyukseskan program-program tersebut.

Dan banyak juga pondok-pondok pesantren yang mengirimkan santri-santri ikut serta dalam training-training oleh lembaga-lembaga semacam LP3ES, LSP, ITB, bahkan sampai saat ini banyak juga lembaga yang secara khusus menangani peningkatan mutu pendidikan pesantren semacam P2MP dan P3M. 

Maka demikianlah kiranya apa yang telah dilakukan oleh beberapa pondok tersebut bisa dijadikan contoh pondok-pondok lainnya. Dengan demikian, harapan besar munculnya generasi science yang berhati Makkah bukan lagi menjadi impian belaka.

Demikian uraian tentang bagaimana pesantren mengadakan pelebaran jaringan dan terbuka untuk menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga lainnya. Semoga bisa menjadi bahan referensi yang bermanfaat.

Belum ada Komentar untuk "Pelebaran Jaringan dan Keterbukaan Pesantren dalam Pendidikan"

Posting Komentar

Komentar yang mengandung sara, pornografi, tidak sesuai dengan pembahasan, memasukan link aktif, dan bersifat merugikan orang lain akan dihapus. Terima kasih.

Advertisemen