Kamis, Mei 15, 2014

Hakikat Pendidikan Nilai dan Sikap

Hakikat Pendidikan Nilai - Pendidikan sikap (afektif) erat kaitannya dengan nilai yang dimiliki seseorang. Sikap merupakan refleksi dari nilai yang dimiliki. Oleh karenanya, pendidikan sikap pada dasarnya adalah pendidikan nilai.

Nilai adalah suatu konsep yang berada dalam pikiran manusia yang sifatnya tersembunyi, tidak berada di dalam dunia yang empiris. Nilai berhubungan dengan pandangan seseorang tentang baik dan buruk, indah dan tidak indah, layak dan tidak layak, adil dan tidak adil, dan lain sebagainya. Pandangan seseorang tentang semua itu, tidak bisa diraba, kita hanya mungkin dapat mengetahuinya dari perilaku yang bersangkutan.

Hakikat Pendidikan Nilai dan Sikap

Oleh karena itulah nilai pada dasarnya standar perilaku, ukuran yang menentukan atau kriteria seseorang tentang baik dan tidak baik, indah dan tidak indah, dan lain sebagainya. Sehingga standar itu yang akan mewarnai perilaku seseorang. Dengan demikian, pendidikan nilai pada dasarnya proses penanaman nilai kepada peserta didik yang diharapkan oleh karenanya siswa dapat berperilaku sesuai dengan pandangan yang dianggapnya baik dan tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku.

Douglas Graham melihat empat faktor yang merupakan dasar kepatuhan seseorang terhadap nilai tertentu. Empat faktor tersebut yaitu:

  1. Normativist. Biasanya kepatuhan pada norma-norma hukum. Selanjutnya dikatakan bahwa kepatuhan ini terdapat dalam tiga bentuk, yaitu; (1) kepatuhan pada nilai atau norma itu sendiri; (2) kepatuhan pada proses tanpa mempedulikan normanya sendiri; dan (3) kepatuhan pada hasilnya atau tujuan yang diharapkannya dari peraturan itu sendiri.
  2. Integralist. Yaitu kapatuhan yang didasarkan kepada kesadaran dengan pertimbangan-pertimbangan yang rasional.
  3. Fenomenalist. Yaitu kepatuhan berdasarkan suara hati atau sekedar basa basi.
  4. Hedonist. Yaitu kepatuhan berdasarkan kepentingan diri sendiri (Gulo, 2002).

Dari keempat faktor yang menjadi dasar kepatuhan setiap individu tentu saja yang kita harapkan adalah kepatuhan yang bersifat normativist. Sebab kepatuhan semacam itu adalah kepatuhan yang didasari kesadaran akan nilai, tanpa mempedulikan apakah perilaku itu menguntungkan untuk dirinya atau tidak.

Pendidikan Sikap

Dalam masyarakat yang cepat berubah seperti sekarang ini, pendidikan nilai bagi anak merupakan hal yang sangat penting. Hal ini disebabkan pada era global dewasa ini anak akan dihadapkan pada banyak pilihan tentang nilai yang mungkin dianggapnya baik.

Pertukaran dan pengikisan nilai-nilai suatu masyarakat dewasa ini akan mungkin terjadi secara terbuka. Nilai-nilai yang dianggap baik oleh suatu masyarakat bukan tak mungkin akan menjadi luntur digantikan oleh nilai-nilai baru yang belum tentu cocok dengan budaya masyarakat.

Komitmen seseorang terhadap suatu nilai tertentu terjadi melalui pembentukan sikap yakni kecenderungan seseorang terhadap suatu objek. Misalnya, jika seseorang berhadapan dengan suatu objek ia akan menunjukkan gejala senang dan tidak senang, atau suka dan tidak suka.

Seseorang yang berhadapan dengan pendidikan sebagai suatu objek maka manakala ia mendengarkan dialog tentang pendidikan di televisi misalnya ia akan menunjukkan gejala kesenangannya dengan mengikuti dialog itu sampai tuntas. Sebaliknya, seseorang yang menunjukkan gejala ketidaksenangan terhadap isu pendidikan ia akan menutup telinga dan memindahkan channel televisi nya.

Sikap adalah kecenderungan seseorang untuk menerima atau menolak suatu objek berdasarkan nilai yang dianggapnya baik atau tidak baik. Dengan demikian, belajar sikap berarti memperoleh kecenderungan untuk menerima atau menolak suatu objek. Berdasarkan penilaian terhadap objek itu sebagai hal yang berguna atau berharga (sikap positif) dan tidak berharga atau berguna (sikap negatif).

Sikap merupakan suatu kemampuan internal yang berperan sekali dalam mengambil tindakan (action) lebih-lebih apabila terbuka berbagai kemungkinan untuk bertindak atau tersedia beberapa alternative (Winkel, 2004).

Pernyataan kesenangan dan ketidaksenangan seseorang terhadap objek yang dihadapinya akan sangat dipengaruhi oleh tingkat pemahaman (aspek kognitif) terhadap objek tertentu. Oleh karena itu, tingkat penalaran (kognitif) terhadap suatu objek dan kemampuan untuk bertindak terhadapnya (psikomotorik) turut menentukan sikap seseorang terhadap objek yang bersangkutan.

Misalnya, seseorang dapat memberikan penjelasan dari berbagai sudut bahwa mencuri itu tidak baik dan dilarang oleh norma apa pun (aspek kognitif). Berdasarkan pengetahuannya itu ia tidak suka melakukannya (aspek afektif). Akan tetapi sikap negatif terhadap perbuatan mencuri baru bisa kita lihat dari tindakan nyata bahwa walaupun ada kesempatan untuk mencuri ia tidak melakukannya. Dan, penilaian terhadap sikap negatif terhadap mencuri itu lebih meyakinkan bahwa perbuatan mencuri itu memang tidak pernah ia lakukan, walaupun banyak kesempatan untuk itu.

Bagaimana dengan proses pembentukan sikap tersebut? Inilah dua proses pembentukan sikap, yaitu; melalui Pola Pembiasaan (baca: Pembentukan Sikap melalui Pola Pembiasaan) dan Pola Modeling (baca: Proses Pembentukan Sikap melalui Pola Modeling). Sekian sedikit uraian tentang hakikat pendidikan nilai dan sikap. Semoga bermanfaat.

Belum ada Komentar untuk "Hakikat Pendidikan Nilai dan Sikap"

Posting Komentar

Komentar yang mengandung sara, pornografi, tidak sesuai dengan pembahasan, memasukan link aktif, dan bersifat merugikan orang lain akan dihapus. Terima kasih.

Advertisemen