Minggu, Desember 04, 2016

Paradigma Pendidikan Multikultural di Indonesia

Pendidikan Multikultural - Setelah pada postingan sebelumnya telah diuraikan mengenai bagaimana seyogyanya pendidikan multikultural diimplementasikan di Indonesia. Dimana sudah sahabat-sahabat Membumikan Pendidikan ketahui bahwa bangsa ini adalah bangsa yang terdiri dari berbagai macam jenis budaya, suku, agama, dan lain sebagainya dibutuhkan suatu pendekatan strategik untuk menciptakan suatu bangsa yang unggul dan lebih baik. Serta dengan strategi yang jitu tersebut dapat mewujudkan kerukunan antar individu dan kelompok. Yang pada akhirnya terbentuk bangsa yang disegani. Muncul pertanyaan, sebenarnya apa paradigma pendidikan multikultural tersebut? Berikut uraian ringkasnya.

Pandangan Dasar Pendidikan Multikultural

Sebagaimana paradigma pendidikan multikultural yang ditawarkan Zamroni (2011) adalah sebagai berikut: (1) pendidikan multikultural adalah jantung untuk menciptakan kesetaraan pendidikan bagi seluruh warga masyarakat, (2) pendidikan multikultural bukan sekedar perubahan kurikulum atau perubahan metode pembelajaran, (3) pendidikan multikultural mentransformasi kesadaran ke arah kemana transformasi praktik pendidikan harus dituju, dan (4) pengalaman menunjukan bahwa upaya mempersempit kesenjangan pendidikan salah arah yang justru menciptakan ketimpangan semakin membesar.

Baca juga: Permasalahan Bangsa Dewasa Ini dalam Pembangunan Karakter

Paradigma Pendidikan Multikultural di Indonesia

Demikian pula dikemukakan Ali Maksum dan Ruhendi (2004) bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang masyarakatnya sangat majemuk atau pluralis. Kemajemukan bangsa Indonesia dapat dilihat dari dua perspektif, yaitu: horizontal dan vertikal. Dalam perspektif horizontal, kemajemukan bangsa Indonesia dapat dilihat dari perbedaan agama, etnis, bahasa daerah, geografis, pakaian, makanan, dan budayanya. Sementara, dalam perspektif vertikal, kemajemukan bangsa Indonesia dapat dilihat dari perbedaan tingkat pendidikan, ekonomi, pemukiman, pekerjaan, dan tingkat social budaya.

Ciri Khas Multikultural Bangsa Indonesia

Kemajemukan merupakan ciri khas bangsa Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan jumlah pulau terbesar di dunia, yang mencapai 17.667 pulau besar dan kecil. Dengan jumlah pulau sebanyak itu, maka wajarlah jika kemajemukan masyarakat di Indonesia merupakan suatu keniscayaan yang tidak bisa dielakkan. Disadari bahwa perbedaan tersebut merupakan karunia dan anugerah Tuhan. Karena itulah, Pelly dan Menanti (1994) menyatakan bahwa meskipun setiap warga Negara Indonesia berbicara dalam satu bahasa nasional, namun kenyataannya terdapat 350 kelompok etnis, adat-istiadat, dan cara-cara sesuai dengan kondisi lingkungan tertentu.

Pada satu sisi, kemjemukan masyarakat memberikan side effect (dampak) secara positif. Namun, pada sisi yang lain, ia juga menimbulkan dampak negatif, karena faktor kemajemukan itulah justru terkadang sering menimbulkan kanflik antar kelompok masyarakat. Pada akhirnya, konflik-konflik antar kelompok masyarakat tersebut akan melahirkan distabilitas keamanan, sosio-ekonomi, dan keridakharmonisan sosial (social disharmony). Syafri Sairin (1992) memetakan akar-akar konflik dalam masyarakat majemuk, yakni:
  • Perebutan sumber daya, alat-alat produksi, dan kesempatan ekonomi (acces to economic resources and to means of production);
  • Perluasan batas-batas sosial budaya (social and cultural borderline expansion); dan
  • Benturan kepentingan politik, ideologi, dan agama (conflict of political, ideology and religious Interest).
Berdasarkan paradigma pendidikan multikultural yang diuraikan di atas, pada prinsipnya ada beberapa tujuan yang ingin dicapai, yaitu:
  1. Memfungsikan peranan sekolah dalam memandang keberadaan peserta didik yang beraneka ragam;
  2. Membantu peserta didik dalam membangun perlakuan yang positif terhadap perbedaan kultural, ras, etnik, kelompok keagamaan;
  3. Memberikan ketahanan peserta didik dengan cara mengajar mereka dalam mengambil keputusan dan keterampilan sosialnya;
  4. Membantu peserta didik dalam membangun ketergantungan lintas budaya dan memberi gambaran positif kepada mereka mengenai perbedaan kelompok.
Demikianlah ulasan tentang paradigma atau pandangan dasar pendidikan multikultural di Indonesia. Semoga bisa bermanfaat dan dapat membuka wawasan sahabat-sahabat mengenai pendidikan multikultural.

Belum ada Komentar untuk "Paradigma Pendidikan Multikultural di Indonesia"

Posting Komentar

Komentar yang mengandung sara, pornografi, tidak sesuai dengan pembahasan, memasukan link aktif, dan bersifat merugikan orang lain akan dihapus. Terima kasih.

Advertisemen