Selasa, Maret 31, 2015

Hakikat Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Hakikat Pembelajaran Anak Usia Dini (PAUD) - Setelah pada postingan sebelumnya telah membumikan pendidikan share tentang landasan atau dasar hukum pendidikan anak usia dini. Maka pada postingan kali ini, membumikan pendidikan akan share mengenai apa hakikat pembelajaran anak usia dini.

Untuk memulai postingan kali ini, membumikan pendidikan akan mengulas mengenai apa itu pembelajaran pendidikan anak usia dini? Pembelajaran adalah proses interaksi anak didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Depdiknas – UU Sisdiknas, 2003: 4). Pembelajaran menurut behaviorisme adalah upaya pendidik untuk membantu anak didik melakukan kegiatan belajar sehingga menghasilkan perubahan perilaku pada anak didik (Tulus Tu’u, 2004: 64). Dari definisi tersebut, jika dihubungkan dengan pendidikan usia dini maka kita dapat mengatakan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi anak usia dini dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar untuk membantu membimbing anak belajar dengan baik sesuai dengan tahap perkembangnnya sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku menjadi lebih baik.
Hakikat Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Pembelajaran di PAUD pada dasarnya menerapkan esensi bermain karena bermain merupakan dunia kerja anak usia prasekolah. Menurut Anggani Sudono (2000: 1) bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak. Melalui bermain, anak dapat memetik berbagai manfaat bagi semua aspek perkembangan. Akan tetapi, prinsip bermain sambil belajar yang diterapkan dalam pembelajaran di PAUD seringkali disalah artikan, dengan menganggap bahwa pembelajaran di PAUD isinya hanya bermain-main saja tanpa tujuan yang jelas. Sesungguhnya, kegiatan pembelajaran di kelompok bermain didesain sedemikian rupa sehingga memungkinkan anak belajar dengan tetap mencerminkan jiwa bermain, yaitu senang, bebas, merdeka, voluntir, dan demokratis. Oleh karena itu, kegiatan bermain yang dapat mengembangkan semua aspek perkembangan pada diri anak (baik fisik motorik, kognitif, bahasa, seni, sosial emosional) yang didesain dalam pembelajaran di PAUD.

Baca juga: Macam-Macam dan Bentuk-Bentuk Permainan Pendidikan Anak Usia Dini

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Smith et al; Garvey; Rubin, Fein & Vandenberg (dalam Johnson et al, 1999), ada beberapa ciri kegiatan bermain yaitu :
  • Dilakukan berdasarkan motivasi internal yaitu anak ikut bermain berdasarkan keinginannya sendiri serta untuk kepentingannya sendiri.
  • Kegiatan bermain diwarnai oleh perasaan emosi positif.
  • Fleksibilitas yang ditandai dengan mudahnya beralih kegiatan dari satu aktivitas ke aktivitas yang lain
  • Lebih menekankan proses yang berlangsung daripada hasil akhir. Saat bermain, perhatian anak lebih terpusat pada kegiatan yang berlangsung daripada tujuan yang ingin dicapai (tidak memiiki tujuan eksternal yang ditetapkan sebelumnya). Misalnya anak bermain kartu huruf, ia tidak memiliki tujuan untuk belajar mengenal huruf atau membuat kata. Jika setelah bermain anak mampu mengembangkan kosa kata interaksi dengan huruf, itu adalah persoalan lain. Partisipasi bermain lebih penting daripada tujuan bermain.
  • Bebas memilih kegiatan main
  • Memiliki kualitas pura-pura karena memungkinkan anak bereksperimen dengan hal-hal baru.

Pendidik PAUD harus kreatif dan inovatif dalam mendesain lingkungan main bagi anak agar esensi bermain mewarnai kegiatan belajar anak. Sebagai contoh untuk mengembangkan kemampuan mengenal warna, guru dapat menata lingkungan main dengan beberapa pilihan kegiatan seperti mewarnai gambar, finger painting, mencap, melukis dengan kelereng, membatik dan menjumput, melukis cermin, ataupun melukis dengan benang. Dengan demikian berarti guru telah memberikan kebebasan pada anak untuk memilih, adanya fleksibilitas untuk beralih dari satu jenis kegiatan ke kegiatan lainnya, dan tanpa mempertimbangkan hasil akhir, selama proses bereksperimen dengan warna pada kegiatan yang dipilih anak pun mampu mengenal warna.

Baca juga: Alasan Pembelajaran PAUD Menggunakan Pendekatan Bermain

Prinsip-Prinsip Pembelajaran PAUD

Dalam melaksanakan pembelajaran di PAUD perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: a) Bermain sambil belajar; b) Pembelajaran berorientasi pada prinsip-prinsip perkembangan anak; c) Pembelajaran berorientasi pada kebutuhan anak; d) Kreatif dan Inovatif; e) Pembelajaran didukung oleh lingkungan yang kondusif; f) Menggunakan pembelajaran terpadu; g) Pembelajaran mengembangkan keterampilan hidup; h) Pembelajaran berpusat pada anak; i) Demokratis; j) Bermakna.

Baca juga: Prinsip-prinsip Pendekatan dalam Pembelajaran Anak Usia Dini

Pembelajaran Terpadu di PAUD

Dalam pembelajaran terpadu atau disebut juga dengan pembelajaran tema, semua bidang pengembangan pada kurikulum (baik kognitif, bahasa, fisik/motorik, seni, moral dan nilai-nilai agama) dijabarkan ke dalam kegiatan-kegiatan belajar yang saling terintergrasi dan berpusat pada satu tema yang dipilih. Semua kegiatan pembelajaran tersebut hendaknya melibatkan pengalaman langsung (hands on experince), karena hal ini memungkinkan anak menggeneralisasikan pengetahuan dan keterampilannya dari satu pengalaman ke pengalaman lainnya (Eliason dan Jenkin, 1994).

Adapun dalam pemilihan tema hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
  • Kedekatan : Tema hendaknya dipilih dimulai dari tema yang terdekat dengan kehidupan anak kepada tema yang semakin jauh dari kehidupan anak.
  • Kesederhanaan : Tema hendaknya dipilih mulai dari tema-tema yang sederhana kepada tema-tema yang lebih rumit bagi anak. Pendidik dapat menentukan tema yang lebih sederhana agar tema dapat lebih efektif dan fokus. Contoh: tema “Binatang”, menurut Pendidik masih terlalu rumit dan luas, pendidik bersama anak dapat menentukan tema yang lebih sempit misal: tema “komodo keajaiban alam dunia”.
  • Kemenarikan : Tema hendaknya dipilih mulai dari tema-tema yang menarik minat anak kepada tema-tema yang kurang menarik minat anak. Tema-tema tertentu dapat dibuat lebih menarik dan dibedakan antara tema KB, TK A maupun TK kelompok B, agar anak didik tertarik dan tidak akan membosankan anak karena pengulangan tema yang sama dengan sub tema yang sama. Contoh: Tema pekerjaan
1. Sub tema pada anak kelompok bermain (KB): sub tema “ pekerjaan orang tuaku” (misalnya : dokter, petani, nelayan, polisi, pegawai bank, insiyur, dll), sub tema “cita-cita” (misalnya: pilot, guru, pelaut, arsitek, dokter, dll)
2. Sub tema pada TK kelompok A: sub tema “pekerjaan disekitar TK-ku” (misalnya: guru, satpam, tukang ojek, penjual kue, petugas kebersihan, dll)
3. Sub tema pada TK kelompok B: “pekerjaan di kota semarang” (misalnya: pedagang di kampung pecinan gang baru, pedagang di kauman, pedagang di Pasar Johar, nelayan, dan pedagang ikan di pantai, tukang pos di kantor pos, masinis di Stasiun Tawang, dll)
  • Keinsidentalan : Peristiwa atau kejadian di sekitar anak (sekolah) yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung hendaknya dimasukkan dalam pembelajaran walaupun tidak sesuai dengan tema yang dipilih pada hari itu, tujuannya agar anak mendapat pengalaman yang bermakna pada peristiwa khusus walaupun hanya beberapa hari atau satu minggu.
Contoh: Sub tema “bunga indah untuk ibu” dalam tema “hari ibu”.
Pemilihan tema-tema yang akan dipakai selama satu tahun pelajaran dilakukan sebelum tahun pelajaran di mulai. Tema yang sudah dipilih dilengkapi dengan rentang waktu pelaksanaan tema. Agar anak didik dan guru (pendidik) dapat melakukan kegiatan eksplorasi kegiatan secara tuntas melalui wahana tema tersebut. Rentang waktu sekitar satu bulan (empat minggu) untuk satu tema, merupakan rentang waktu yang cukup untuk eksplorasi.

Identifikasi tema menjadi sub tema sudah dilakukan pada awal tahun pelajaran tetapi identifikasi sub tema menjadi sub tema yang lebih spesifik lagi dapat digali lagi oleh guru melalui kegiatan percakapan dengan anak pada akhir kegiatan pada tema sebelumnya sehingga sub tema akan dijadikan payung kegiatan benar-benar diperoleh dari sudut pandang peserta didik (focus pada minat anak) bukan dari sudut pandang pendidik. Contoh: tema Binatang ternak, sub tema: ayam.

Sub tema kemudian diidentifikasi menjadi berbagai kegiatan yang terkait dengan sub tema tersebut. Agar lebih mudah pendidik dapat menggunakan kalimat tanya “5 W 1 H”, yaitu: apa (What); siapa (Who); kapan (When); dimana (Where); mengapa (Why); dan bagaimana (How).

Langkah selanjutnya dalam menerapkan pembelajaran tematik adalah guru menyusun rencana kegiatan mingguan (RKM) dan diikuti dengan rencana kegiatan harian (RKH). Perencanaan mingguan/harian dapat disusun dalam bentuk, antara lain RKM/RKH model pembelajaran kelompok dengan kegiatan pengaman dan RKM/RKH, model pembelajaran berdasarkan minat (sudut/area/sentra).

Demikianlah uraian singkat mengenai hakikat pembelajaran pendidikan anak usia dini (PAUD). Semoga dapat bermanfaat dan menambah wawasan sahabat-sahabat membumikan pendidikan yang budiman.

Belum ada Komentar untuk "Hakikat Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)"

Posting Komentar

Komentar yang mengandung sara, pornografi, tidak sesuai dengan pembahasan, memasukan link aktif, dan bersifat merugikan orang lain akan dihapus. Terima kasih.

Advertisemen