Konsep Pengembangan Pembiasaan Anak Usia TK
Konsep Pengembangan Pembiasaan Anak Usia TK - Pembiasaan (habituation) merupakan proses pembentukan sikap dan perilaku yang relatif menetap dan bersifat otomatis melalui proses pembelajaran yang berulang-ulang. Sikap atau perilaku yang menjadi kebiasaan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
- Perilaku tersebut relatif menetap.
- Pembiasaan umumnya tidak memerlukan fungsi berpikir yang cukup tinggi, misalnya untuk dapat mengucapkan salam cukup fungsi berpikir berupa mengingat atau meniru saja.
- Kebiasaan bukan sebagai hasil dari proses kematangan, tetapi sebagai akibat atau hasil pengalaman atau belajar.
- Perilaku tersebut tampil secara berulang-ulang sebagai respons terhadap stimulus yang sama.
Untuk menanamkan pembiasaan terhadap anak usia Taman Kanak-kanak, yaitu usia 4-6 tahun bersifat fleksibel, dan dapat dilaksanakan secara rutin, spontan dan terprogram.
Metode Pembelajaran Perilaku melalui Pembiasaan
Untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif dalam rangka mengembangkan model pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan anak di dalam melakukan pengembangan perilaku melalui pembiasaan sejak dini, menurut Campbell dan Campbell dapat dilakukan dengan berbagai metode sebagai berikut.
Pengubahan Perilaku (behavior modification)
Metode ini merupakan suatu pengubahan perilaku yang berdasarkan atas prinsip-prinsip ‘penguatan’ (reinforcement). Metode ini biasanya berhasil untuk mengubah/mengurangi perilaku yang berlebihan dan membentuk perilaku yang belum ada pada individu.
Pembelajaran (Instructional Technique)
Metode ini dilakukan dengan memberikan instruksi yang spesifik dan konkret tentang perilaku yang dikehendaki. Instruksi-instruksi tersebut berfungsi untuk mengkoreksi yang salah dan mengajarkan perilaku baru.
Berbasis Hubungan (Relationship-based)
Metode ini dilakukan untuk membantu menciptakan suasana yang mendukung untuk dapat terjadi proses belajar. Metode ini bertujuan mempertahankan hubungan antara guru sebagai pelatih dengan anak dalam belajar terstruktur agar terjadi proses belajar yang efektif. Biasanya dapat digabungkan dengan metode pertama dan kedua. Untuk mempertahankan hubungan antara guru dengan anak, antara lain dengan cara:
- Dorongan empati dengan cara mendengarkan kesulitan-kesulitan anak dalam mengikuti belajar terstruktur, menghargai usaha anak, mendorong keterlibatan anak, dan sebagainya.
- Identifikasi masalah anak, yaitu mengenali apa yang menjadi hambatan anak.
- Mengurangi rasa keterancaman pada anak dalam situasi belajar terstruktur, antara lain menciptakan rasa aman, dengan kata-kata atau perilaku dan menyederhanakan prosedur.
Penguatan Kelompok (Group Reinforcement)
Penguatan kelompok merupakan referensi yang diberikan oleh kelompoknya (peer). khususnya pada remaja. Jenis referensi ini penting karena mereka sangat mengacu kepada kelompok sebaya (peers). Metode ini pada umumnya digunakan untuk menjelaskan kepada anak yang ikut belajar terstruktur tentang apa yang hendak dicapai. Cara pembelajaran ulang (reinstructional) dapat dipakai pula untuk memperjelas perilaku apa yang akan dibentuk. Penguatan Kelompok dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai cara, yaitu:
- Pemodelan (Modelling), yaitu memberikan contoh perilaku apa yang diharapkan atau dengan perkataan lain belajar melalui imitasi.
- Bermain Peran (Role Playing) sering dilakukan segera setelah modelling, supaya jelas dan tidak terjadi kesalahan persepsi. Bermain peran dilakukan dengan menciptakan suatu situasi dimana individu diminta untuk melakukan suatu peran tertentu (yang biasanya bukan peran dirinya) di suatu tempat yang tidak biasanya peran tersebut terjadi. Manfaat dari role playing adalah membantu seseorang mengubah sikap atau perilaku dari yang selama ini dilakukan
- Simulasi (Simulation) adalah kegiatan yang dilakukan untuk menggambarkan suatu situasi atau perilaku yang sebenarnya.
- Balikan Penampilan (Performance Feedback) adalah informasi yang menggambarkan seberapa jauh hasil yang diperoleh dari role playing. Bentuknya dapat berupa reward, reinforcement, kritik dan dorongan.
- Alih Keterampilan (Transfers of Training).
Agar penguatan berlangsung efektif, perlu memperhatikan hal hal sebagai berikut:
- Penguatan yang mana yang paling cocok dengan karakter masing-masing individu. Misalnya: material penguatan dapat berupa benda-benda seperti permen, uang, dan sebagainya.
- Penguatan sosial (social reriforcement), seperti: pujian, penerimaan, dan sebagainya.
- Penguatan sendiri (self reinforcement), yaitu evaluasi yang positif dari individu atas perilakunya sendiri. Misalnya rasa puas atas prestasi diri sendiri.
Demikianlah uraian singkat mengenai konsep pengembangan pembiasaan anak usia taman kanak-kanak (TK). Semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah wawasan sahabat-sahabat.
Belum ada Komentar untuk "Konsep Pengembangan Pembiasaan Anak Usia TK"
Posting Komentar
Komentar yang mengandung sara, pornografi, tidak sesuai dengan pembahasan, memasukan link aktif, dan bersifat merugikan orang lain akan dihapus. Terima kasih.