Rabu, November 19, 2014

Strategi Melatihkan Metakognitif pada Siswa

Strategi Melatihkan Metakognitif pada Siswa - Sebagaimana yang telah diuraikan pada postingan sebelumnya mengenai konsep dasar dan metakognisi sebagai strategi berpikir, mengetahui dan menyadari bagaimana belajar dan mengetahui strategi kerja mana yang sesuai merupakan suatu kemampuan yang sangat berharga. Selain itu, hal tersebut juga merupakan indikator yang dapat membedakan siswa ahli dengan siswa pemula. Sebagaimana yang diutarakan oleh Ertmer dan Newby (1996) berikut ini:
Novice Learners don't stop to evaluate their comprehension of the material. They generally don't examine the quality of their work or stop to make revisions as they go along. Satisfied with just scratching the surface, novice learners don't attempt to examine a problem in depth. They don't make connections or see the relevance of the material in their lives. Expert learners are "more aware than novices of when they need to check for errors, why they fail to comprehend, and how they need to redirect their efforts.
Ini berarti seorang siswa pemula (novice learners) tidak terbiasa mengevaluasi pengertian mereka terhadap materi. Mereka biasanya tidak menguji kualitas pekerjaan mereka atau berhenti untuk membuat perbaikan selama mereka bekerja. Cukup puas hanya dengan membahas masalah di permukaannya saja, novice learners tidak mencoba untuk menguji masalah lebih dalam. Mereka tidak membuat hubungan atau melihat relevansi dari materi dengan kehidupan nyata mereka. Sedangkan siswa ahli (expert learners) lebih peduli/sadar dibandingkan novices learners, dimana mereka selalu butuh mengecek setiap kesalahan yang mungkin dibuat, bertanya mengapa mereka gagal memperoleh kemajuan/mendapatkan hasil, dan bagaimana mereka butuh mengalihkan tujuan dari usaha yang telah dilakukan. Sehingga jika guru mengharapkan siswa menjadi seseorang yang ahli dalam suatu bidang khususnya matematika maka guru haruslah dapat melatihkan kemampuan metakognisi tersebut.

Melatihkan Metakognitif pada Siswa

Kedudukan guru dalam meningkatkan kemampuan metakognitis siswa sangatlah penting. Guru dapat bertindak sebagai fasilitator yang memberikan arahan dan bimbingan melalui pertanyaan – pertanyaan yang mengiring, sehingga siswa menyadari akan kemampuan kognitif yang dimilikinya. Sejak akhir 1970, metakognisi memperoleh banyak perhatian dalam literatur pendidikan. Swanson mendefinisikan metakognisi sebagai “…the knowledge and control one has over’s thingking and learning activities. …” (Kramarski et. al.,2002; 225). Pada sekitar akhir abad ke 20 Schoenfeld, Mayer (1987); Lester, Garofalio dan Kroll (1989); Cardel-Elawar (1995); serta Kramarski dan Mevarech, (1997) telah memulai mendisain metode pengajaran yang berbasis pada melatih siswa untuk mengaktifkan proses metakognitif selama penyelesaikan tugas matematika. (Kramarski et. al., 2002: 226). Bentuk ini kemudian dikenal dengan pengajaran metakognitif.

Umumnya elemen utama dari pengajaran metakognitif adalah melatih siswa yang bekerja dalam kelompok kecil untuk mampu beralasan secara matematika seperti merumuskan dan menjawab serangkaian pertanyaan metakognitif yang ditujukan pada diri sendiri (Kramarski et. al., 2002: 228). Pertanyaan ini difokuskan pada:
  • Comprehending the problem, (contoh, membicarakan tentang apa soal yang sedang dihadapi ini sebenarnya?);
  • Membangun connections (hubungan) antara pengetahuan lama dan baru (contoh, Apa perbedaan atau persamaan antara soal yang sedang ditangani dengan soal yang pernah kamu selesaikan? dan mengapa?);
  • Menggunakan strategi yang tepat untuk menyelesaikan soal (strategi/ taktik/prinsip apa yang tepat digunakan untuk menyelesaikan soal? Dan mengapa?);
  • Reflecting pada proses dan penyelesaian (contoh, kesalahan apa yang telah saya lakukan di sini? atau apakah penyelesaiannya masuk akal?).

Hal yang menarik adalah bahwa dalam kebanyakan penelitian seperti Schoenfeld (1987), Kramarski dan Mevarech (1997), dan van Hoek, den Eden dan Terwel (1999), pengajaran metakognitif dikerjakan dalam setting kooperatif dimana sekelompok kecil siswa 4 – 6 orang belajar bersama. Pendekatan kooperatif-metakognitif didasarkan pada teori kognitif yang menekankan pentingnya peran elaborasi dalam membangun pengetahuan baru. Penerapan pengajaran metakognitif dalam setting belajar kooperatif dapat menyajikan kondisi yang tepat untuk siswa mengelaborasi penalaran matematika mereka (Kramarski et al. 2002).

Strategi Melatihkan Metakognitif pada Siswa

Tampak jelas bahwa peran guru dalam mengembangkan kemampuan metakognitif siswa sangatlah penting. Tidak hanya mengembangkan pengajaran metakognitif, pada beberapa penelitian guru juga didorong untuk menerapkan strategi dalam belajar-mengajarnya, sehingga strategi yang diterapkannya dapat memacu munculnya kemampuan metakognitif siswa. Seperti penelitian yang dilakukan Lobato dan Clarke (2005: 102) yang memperlihatkan bagaimana pembelajaran yang memungkinkan guru cukup banyak berbicara ketika mengajar ternyata mampu meningkatkan pemahaman siswa akan konsep yang disajikan. Akan tetapi dalam hal berbicara banyak ini, berbicara yang dimaksud adalah berbicara yang lebih menekankan pada 3 hal:
  • Fungsi berbicara (yang melibatkan perhatian kepada niat (intention) guru, sesuatu yang alamiah dari kegiatan mengajar, dan interpretasi siswa terhadap kegiatan mengajar/belajar) dibanding suatu bentuk dari aksi komunikatif guru.
  • Membicarakan hal yang lebih konseptual dibandingkan prosedural isi informasi baru.
  • Hubungan terhadap aksi yang lain dibanding sebagai sebuah aksi terisolasi. Pembentukan ulang ini menyelesaikan kembali beberapa perhatian dalam mengajar sebagai suatu kegiatan TELLING, dan membantu menetapkan legitimasi dari penyajian informasi baru dengan perspektif konstruktivis pada belajar.

Demikian uraian mengenai strategi melatih metakognisi siswa, semoga dapat diaplikasikan dan tentunya mudah-mudahan dapat bermanfaat.

4 Komentar untuk "Strategi Melatihkan Metakognitif pada Siswa"

  1. mantap nich artikelnya kawan.. http://acemaxs31.com/

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga bisa bermanfaat,,, terima kasih...

      Hapus
  2. Balasan
    1. Terima kasih... jgn sungkan2 berkunjung kembali.

      Hapus

Komentar yang mengandung sara, pornografi, tidak sesuai dengan pembahasan, memasukan link aktif, dan bersifat merugikan orang lain akan dihapus. Terima kasih.

Advertisemen