Senin, Januari 26, 2015

Teori Behaviorisme dalam Perspektif B. F. Skinner

Teori Behaviorisme Skinner - B.F. Skinner berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model instruksi langsung dan meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning. Di mana seorang dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan relatif besar. Dalam beberapa hal, pelaksanaannya jauh lebih fleksibel dari pada conditioning klasik. Gaya mengajar guru dilakukan dengan beberapa pengantar dari guru secara searah dan dikontrol guru melalui pengulangan dan latihan.

teori behaviorisme skinner

Dari semua pendukung teori behaviorisme (tingkah laku), mungkin teori Skinner lah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar. Beberapa program pembelajaran seperti teaching machine, mathematics, atau program-program lain yang memakai konsep stimulus, respons, dan faktor penguat (reinforcement) adalah contoh-contoh program yang memanfaatkan teori Skinner.

Prinsip Belajar Menurut Skinner

Adapun dalam kegiatan belajar mengajar, Skinner mempunyai beberapa prinsip belajar antara lain sebagai berikut:

  1. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar diberi penguat.
  2. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
  3. Materi pelajaran digunakan sistem modul.
  4. Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
  5. Dalam proses pembelajaran tidak digunakan hukuman. Namun ini lingkungan perlu diubah untuk menghindari adanya hukuman.
  6. Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah dan sebagainya. Hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable rasio reinforcer.
  7. Dalam pembelajaran digunakan shaping.

Operant conditioning dari Skinner diperoleh berdasarkan eksperimen Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar di antaranya:

  • Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
  • Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.

Reber (Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcerReinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning.

Manajemen kelas menurut Skinner adalah berupa usaha untuk memodifikasi perilaku antara lain dengan proses penguatan yaitu memberi penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun pada perilaku yanag tidak tepat.

Operant conditioning adalah suatu proses perilaku operant (penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.

Asas-asas Skinner tentang operant conditioning memberikan pengaruh baru pada studi dan analisa tingkah laku. Landasan bagi asas-asas Skinner tantang operant conditioning adalah kepercayaannya tentang sifat hakekat ilmu perilaku dan ciri-ciri tingkah laku hasil belajar. Sehingga ia mendefinisikan belajar itu merupakan tingkah laku dimana ketika subjek belajar, respon nya meningkat dan bila terjadi sebaliknya respon nya menurun.

Skinner menyatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan (reinforcement). Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus-respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua, yaitu penguatan positif dan negatif.

Penguatan positif sebagai stimulus dapat meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah laku itu sedangkan penguatan negatif dapat mengakibatkan perilaku berkurang atau menghilang. Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan, dll), perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dan sebagainya). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa dan lain lain).

Kelebihan Teori Skinner

Kelebihan teori Skinner yaitu pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didik. Hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Pembelajaran ini dapat dilakukan melalui pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya kesalahan. Kekurangannya antara lain tanpa adanya sistem hukuman akan dimungkinkan akan dapat membuat anak didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah kedisiplinan. Hal tersebut akan menyulitkan lancarnya kegiatan belajar-mengajar. Dengan melaksanakan mastery learning, tugas guru akan menjadi semakin berat.

Kekeliruan dalam Implementasi Teori Skinner

Beberapa kekeliruan dalam penerapan teori Skinner adalah penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa. Menurut Skinner hukuman yang baik adalah anak merasakan sendiri konsekuensi dari perbuatannya. Misalnya anak perlu mengalami sendiri kesalahan dan merasakan akibat dari kesalahan. Penggunaan hukuman verbal maupun fisik seperti: kata-kata kasar, ejekan, cubitan justru berakibat buruk pada siswa.

Selain itu kesalahan dalam reinforcement positif juga terjadi di dalam situasi pendidikan seperti penggunaan rangking juara di kelas yang mengharuskan anak menguasai semua mata pelajaran. Sebaliknya setiap anak diberi penguatan sesuai dengan kemampuan yang diperlihatkan sehingga dalam satu kelas terdapat banyak penghargaan sesuai dengan prestasi yang ditunjukkan para siswa. Misalnya penghargaan di bidang bahasa, matematika, fisika, menyanyi, menari atau olahraga.

Teori dan prinsip Skinner ini diaplikasikan dalam bentuk mesin pengajar (teaching machine). Skinner mengungkapkan bahwa teaching machine sangat mendasar dalam proses pembelajaran, terutama dalam memperkuat (reinforcement) pembelajaran. Menurutnya bahwa teaching machine adalah instrumen yang simpel dan menyatu dengan usaha penguatan pembelajaran. Sehingga peserta didik dapat memperkuat perolehan pengalaman belajarnya.

Prinsip teaching machine ini hingga sekarang masih banyak dipakai dalam membuat Pembelajaran Berbantuan Komputer (PBK) atau Computer Assisted Instruction (CAI). Konsep reinforcement dalam pengajaran ini banyak diwarnai oleh hukum operant conditioning yang mengikuti Thorndike’s law effect.

Menurut Skinner untuk mengendalikan belajar pada manusia secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan pembelajaran dan mastery learning (ketuntasan belajar) diperlukan bantuan peralatan, yang akan bertindak selaku mekanisme penguatan supaya stimulus yang diberikan kepada pembelajar dapat bertahan dalam waktu yang lama dan dapat lebih mudah diterima dan dipahami.

Demikianlah uraian mengenai Teori Behaviorisme dalam Perspektif B. F. Skinner. Semoga dapat bermanfaat.

Belum ada Komentar untuk "Teori Behaviorisme dalam Perspektif B. F. Skinner"

Posting Komentar

Komentar yang mengandung sara, pornografi, tidak sesuai dengan pembahasan, memasukan link aktif, dan bersifat merugikan orang lain akan dihapus. Terima kasih.

Advertisemen