Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif
-
Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif - Setiap sesuatu memiliki ruh atau esensi. Ruh sebuah lembaga pendidikan adalah
kualitas proses belajar mengajar yang diciptakan. Sebuah upaya membangun
lembaga pendidikan yang efektif, apapun bentuknya, menjadi tak bermakna apabila
tidak dibarengi dengan upaya menciptakan suasana belajar yang kondusif bagi
setiap siswa. Dalam dua decade terakhir, wacana tentang lingkungan belajar yang
ideal dapat ditemukan dalam diskursus “Sekolah yang Efektif dan Sekolah yang
Berkembang” (effectiveness school and school improvement). Ide tentang sekolah
yang efektif sebagian muncul sebagai reaksi dan tantangan terhadap tuduhan
bahwa madrasah atau sekolah dan guru bukanlah merupakan factor penentu
keberhasilan siswa.
Jurnal-jurnal penelitian pendidikan tahun 60-an dan
pertengahan 70-an secara umum memuat hasil penelitian yang menunjukkan bahwa
kemampuan kognitif dan prestasi siswa lebih bergantung kepada kemampuan
intelektual bawaan setiap individu siswa dan latar belakang keluarga ketimbang
guru dan sekolah tempat mereka belajar. Tetapi studi ulang mendalam terhadap
jurnal-jurnal tersebut menunjukkan hal sebaliknya. Hasil-hasil penelitian itu,
walaupun didukung oleh studi psikologis dan sosiologis yang kuat, tidaklah
berdasarkan data-data empiric dan dalam tataran tertentu sering disalahpahami.
Reynolds (1985: 2) mengemukakan, meskipun data-data yang diperoleh tidak
mendukung penjelasan-penjelasan tentang peran penting keluarga secara
ekskulusif, dan meskipun terdapat bukti-bukti yang bertentangan, hasil-hasil
studi dilaporkan sedemikian rupa sehingga tampak sesuai dengan paradigma yang
sedang berlaku [1].
Dalam redaksi yang lain Schmuck (1984), memaparkan bahwa
variable-variabel yang menggambarkan perbedaan-perbedaan dalam kebijakan
sekolah, struktur, norma-norma, proses pendidikan yang terjadi, lingkungan yang
memengaruhi, dan program yang dilaksanakan tidak terungkap dalam hasil
penelitian tahun 60-an dan pertengahan 70-an tersebut, yang sesungguhnya justru
sangat signifikan mempengaruhi prestasi siswa.
Beberapa hasil penelitian tahun
80-an dan 90-an, sebaliknya. Membuktikan bahwa kondisi-kondisi internal tertentu
sebuah lembaga pendidikan benar-benar mempengaruhi prestasi akademik siswa.
Kepercayaan (trust) dan hubungan yang sehat (healthy relationship) dalam
lingkungan sekolah, misalnya, berpengaruh besar terhadap prestasi belajar
siswa. Sikap guru seperti menunjukkan perhatian, rasa hormat, dan kasih saying
kepada siswa, mudah ditemui dan terlibat secara total dalam proses
pembelajaran, kesiapan dan kemampuan menyampaikan materi pelajaran merupakan
aspek-aspek yang menentukan kesuksesan dan kegagalan siswa. Tak kalah
pentingnya, kepala sekolah juga member pengaruh yang tidak langsung tapi
menentukan terhadap efektivitas sekolah dan keberhasilan siswa melalui visi,
misi, tujuan, dan strategi yang dikembangkan dalam menjalankan roda aktivitas
sekolah. Keadilan yang dirasakan siswa dan kepuasan yang mereka rasakan
terhadap sekolah juga berpengaruh terhadap prestasi akademik mereka [2].
Secara intrinsic, ide tentang sekolah yang efektif adalah juga merupakan
respon terhadap harapan agar sekolah menjadi tempat dimana semua siswa dapat
belajar dengan baik. Jauh sebelumnya, John Vaizey (1962) menyerukan pentingnya
“persamaan kesempatan” (equality of opportunity) dalam pendidikan. Vaizey
melihat bahwa dunia kehilangan tidak sedikit orang-orang yang memiliki
kecerdasan tinggi hanya karena system pendidikan yang tidak egaliter dan
berpihak kepada sebagian siswa tertentu saja. Ia menolak asumsi bahwa setiap
anak dilahirkan dengan tingkat kecerdasan yang berbeda-beda (children are born
intellectually sheep or goats). Sebaliknya, ia dengan tegas mendukung pandangan
bahwa semua anak memiliki tingkat kemampuan intelektual bawaan yang sama, dan
bahwa kemampuan lebih merupakan hasil pencarian ketimbang anugerah. Seorang
anak bisa menjadi lebih atau kurang cerdas di samping tergantung pada kondisi
keluarga dimana ia pertama kali mengawali hidupnya, juga pada lingkungan social
dan pendidikan yang ia alami. Di sinilah sebuah system pendidikan, seperti
madrasah atau sekolah, diharapkan dapan memainkan peranan penting dalam
pembentukan intelektualitas, emosi, dan spiritualitas anak. Sekolah atau
madrasah seharusnya menjadi wadah pemupukan kecerdasan setiap siswa, dan di
atas segalanya, menjamin agar setiap siswa mendapat kesempatan belajar yang
sama dan layak.
Gagasan-gagasan tentang sekolah yang efektif adalah dalam
rangka menjawab tantangan di atas. Murphy menegaskan, kontribusi utama dan
fundamental ide sekolah yang efektif adalah adanya komitmen agar sekolah
menjadi tempat yang kondusif dimana semua anak dapat belajar dengan baik. Perspektif
sejarah bahwa sekolah dapat diidentifikasikan secara pasti dari status
sosio-ekonomi orang tua siswa ditolak secara tegas. Sejauh ini, termasuk di
Negeri ini (Indonesia), pandangan bahwa prestasi seorang anak sangat ditentukan
oleh latar belakang sosio-ekonomi orang tuanya masih mengakar cukup kuat.
Keadaan ini sedikit banyak menjadi alas an sebuah lembaga pendidikan ketika
tidak mampu berbuat banyak terhadap siswa yang berasal dari golongan masyarakat
ekonomi lemah.
Sekolah yang efektif, sebaliknya, mengukur keberhasilan siswa
tidak dalam kondisi absolute di luar jangkauan sekolah (seperti latar belakang
ekonomi atau pendidikan orang tua) tapi dalam hal nilai tambah (value added)
yang bisa diberikan sekolah bagi pengembangan kemampuan siswa. Filosofi bahwa
keberhasilan akademis yang rendah dan perilaku ganjil siswa secara pasti
merupakan masalah individu anak atau keluarganya tidak lagi bisa diterima. Latar
belakang ekonomi siswa yang lemah atau “kemampuan bawaan” siswa yang minim
tidak lagi relevan dijadikan alasan prestasi siswa yang rendah. Justru di
sinilah peran sesungguhnya sebuah lembaga pendidikan, yaitu untuk membuat
mereka menjadi manusia cerdas dan baik. Pernyataan ini tentunya tidak bermaksud
menafikan peranan kemampuan intrinsic individu siswa serta pengaruh orang tua
dala membentuk kualitas moral dan intelektual anak. Justru orang tua merupakan
mitra terpenting sekolah dalam membentuk moralitas dan kemampuan intelektual
anak. Penelitian-penelitian pendidikan seperti yang dilakukan oleh Cavanagh (2000),
Coleman (1998), dan Creemers (1996) menunjukkan bahwa orang tua atau keluarga
dan individu siswa merupakan aspek-aspek penting dari keberhasilan siswa, dan
karenanya perlu dibangun kerjasama antara guru, orang tua, dan siswa.
Demikian
ulasan tentang bagaimana menciptakan lingkungan belajar yang efektif. Mudah-mudahan
bisa membuat kita semua mengerti bahwa anak sesungguhnya memiliki kemampuan
bukan sama sekali tidak memiliki kemampuan. Tugas kita sebagai guru dan orang
tualah yang harus menumbuh kembangkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka agar mereka bisa nyaman dan semangat dalam belajar. Semoga
bermanfaat.
Reff:
[1] Reynolds, D. (1985). Introduction: Ten Years On – A Decade
of Research and Activity in School Effective Research Riviewed. In D. Reynolds
(ed) “Studying School Effectiveness”. London: The Falmers Press.
[2] Aroga,
M.S. (1999). La Verneda-snt Marti: A School Where People Dare to Dream. “Harvard
Educational Review”, 69 (3), 320-335.
Belum ada Komentar untuk "Menciptakan Lingkungan Belajar yang Efektif"
Posting Komentar
Komentar yang mengandung sara, pornografi, tidak sesuai dengan pembahasan, memasukan link aktif, dan bersifat merugikan orang lain akan dihapus. Terima kasih.