Senin, April 13, 2015

Model Pembelajaran dengan Pendekatan Sentra di PAUD

Model Pembelajaran dengan Pendekatan Sentra di PAUD - Setelah pada postingan sebelumnya membumikan pendidikan telah share mengenai model pembelajaran dengan pendekatan kelompok, sudut, dan area. Maka model pembelajaran inovaif di PAUD yang terakhir adalah model pembelajaran dengan pendekatan Sentra. Apa itu model pembelajaran dengan pendekatan sentra itu?

Baca juga: Model-Model Pembelajaran Inovatif di PAUD

Model pembalajaran sentra adalah pendekatan pembelajaran yang dalam proses pembelajarannya dilakukan di dalam “lingkaran” (circle times) dan sentra bermain. Lingkaran adalah saat di mana pendidik duduk bersama anak dengan posisi melingkar untuk memberikan pijakan kepada anak yang dilakukan sebelum dan sesudah bermain. Sentra bermain adalah zona atau arena bermain anak yang dilengkap dengan seperangkat alat bermain yang berfungsi sebagai pijakan lingkaran yang diperlukan untuk mengembangkan seluruh potensi dasar anak didik dalam berbagai aspek perkembangan secara seimbang. Sentra yang dibuka setiap harinya disesuaikan dengan jumlah kelompok di setiap PAUD. Pembelajaran yang berpusat pada sentra dilakukan secara tuntas mulai awal kegiatan sampai akhir dan fokus oleh satu kelompok usia PAUD dalam satu sentra kegiatan. Setiap sentra mendukung perkembangan anak dalam tiga jenis bermain yaitu bermain sensorimotor atau fungsional, bermain peran dan bermain konstruktif (membangun pemikiran anak).
Model Pembelajaran dengan Pendekatan Sentra di PAUD

Bermain Sensorimotor atau Main Fungsional

Istilah ini diambil dari kerja Piaget dan Smilansky (1968). Maksudnya adalah anak usia dini belajar melalui panca inderanya dan melalui hubungan fisik dengan lingkungan mereka. Kebutuhan sensorimotor anak didukung ketika mereka disediakan kesempatan untuk berhubungan dengan bermacam-macam bahan dan alat permainan, baik di dalam maupun di luar ruangan. Kebutuhan sensorimotor anak didukung ketika mereka diberi kesempatan untuk bergerak secara bebas, bermain di halaman atau di lantai atau di meja dan di kursi. Kebutuhan bermain sensorimotor anak didukung bila lingkungan baik di dalam maupun di luar ruangan menyediakan kesempatan untuk berhubungan dengan banyak tekstur dan berbagai jenis bahan bermain yang berbeda yang mendukung setiap kebutuhan perkembangan anak.

Baca juga: Model Pembelajaran dengan Pendekatan Area di PAUD

Anak dengan kemampuan gerakan yang terbatas seharusnya ditempatkan dalam berbagai cara sepanjang hari agar mereka dapat berhubungan penuh dengan kesempatan bermain. Tergantung pada berat ringannya kondisi yang membatasi gerak dan daya penggerak, pengasuh yang telah dilatih untuk anak dengan “kebutuhan khusus” mampu memberikan sebanyak mungkin kesempatan untuk menambah macam-macam gerakan dan meningkatkan perkembangan sensormotorik. Setiap usaha dibuat untuk menyediakan serangkaian penuh pengalaman sensormotorik masing-masing anak. Contohnya, tempat tidur ayunan dan ayunan luar yang digunakan untuk memberikan kesempatan kepada anak yang tertantang secara fisik untuk berayun di samping teman yang tidak dengan kebutuhan khusus. Adapun tahapan main sensorimotor adalah sebagai berikut:
  • Sensorimotor 1
Mengulang gerakan beberapa kali untuk melanjutkan tanggapan pancaindera; reaksi perputaran pertama; anak hanya terlibat dengan badannya; mainan dan benda lain tidak digunakan. Contoh: memercikkan air dengan tangan, menepuk pasir, bertepuk atau melambaikan tangan.
  • Sensorimotor 2
Mengulang-ulang gerakan dengan benda, atau beberapa, beberapa waktu untuk menjaga beberapa lingkungan yang menarik pandangan, pendengaran, atau yang terkait dengan perabaan; berbeda dengan Sensorimotor empat bahwa beberapa gerakan diulang-ulang; ini merupakan reaksi perputaran kedua. Contoh: memukul-mukul sekop dalam pasir, menuang air dari wadah melalui tangan, dan memercikkan sebuah mainan ke dalam air.
  • Sensorimotor 3
Mengulang-ulang urutan sebab akibat sederhana yang menjadi tujuan pertama yang dipilihnya, kemudian memilih cara untuk mencapainya. Mengosongkan/ mengisi, menyembunyikan/ menemukan, membangun/ merobohkan. Contoh: (1) Mengisi keranjang atau wadah lainnya menggunakan sekop dan/atau tangan (anak terlihat memiliki tujuan mengisi wadah dan menggunakan urutan sebab/akibat yang sederhana [misalnya: mengisi sekop dan menuangkannya ke dalam wadah] untuk mencapai tujuan). (2) Menuangkan air ke dalam teko dengan tujuan mengisi penuh teko tersebut. (3) Menyembunyikan dan menemukan benda di dalam air atau pasir. (4) Menyusun balok-balok ke atas, kemudian merobohkannya kembali.
  • Sensorimotor 4
Percobaan coba-coba dan salah. Tema atau tujuan umum main di pertahankan, tetapi perilaku untuk mencapai tujuan sifatnya luwes, cara dilakukan oleh anak selama pengulangan berubah-ubah. Perilaku mungkin memiliki perasaan “Saya sedang mencoba mengerti ini”. Contoh: (1) Anak mengisi keranjang dengan pasir menggunakan sebuah sekop, tetapi menggunakan sekop dengan berbagai cara selama main. (2) Anak mengosongkan teko air dengan cara menuangkan dengan berbagai cara sambil mengamati air yang dituang.

Jika anak terlibat main peran, tubuh anak atau benda digunakan dalam berpura-pura. Perencanaan yang melibatkan gerakan atau bahasa, maka digunakan penilaian main peran.

Main Peran (Mikro dan Makro)

Main peran juga disebut main simbolik, pura-pura, make-believe, fantasi, imajinasi, atau main drama, sangat penting untuk perkembangan kognisi, sosial, dan emosi anak pada usia tiga sampai enam tahun (Vygosky, 1967; Erikson, 1963). Main peran dipandang sebagai sebuah kekuatan yang menjadi dasar perkembangan daya cipta, tahapan ingatan, kerja sama kelompok, penyerapan kosa kata, konsep hubungan kekeluargaan, pengendalian diri, keterampilan pengambilan sudut pandang spasial, keterampilan pengambilan sudut pandang afeksi, keterampilan pengambilan sudut pandang kognisi (Gowen, 1995).

Main peran membolehkan anak memproyeksikan dirinya ke masa depan dan menciptakan kembali masa lalu. Mutu pengalaman main peran tergantung pada variabel di bawah ini:
  • Cukup waktu untuk bermain (penelitian menyarankan paling sedikit satu jam).
  • Ruang yang cukup, sehingga perabotan tidak penuh sesak, alat-alat mudah dijangkau, dan paling sedikit empat sampai enam anak dapat bermain dengan nyaman.
  • Alat-alat untuk mendukung bermacam-macam adegan permainan.
  • Orang dewasa yang dapat memberi pijakan bila dibutuhkan untuk meningkatkan keterampilan main peran anak.

Baca juga: Model Pembelajaran dengan Pendekatan Sudut di PAUD

Hubungan sosial yang dibangun hingga menjadi main peran pada anak usia 12 – 36 bulan sebaiknya didukung untuk anak yang berkebutuhan khusus maupun tidak. Orang dewasa harus peduli terhadap ekspresi wajah bahwa wajah sebagai mainan pertama, menjawab dengan senyuman, hubungan timbal balik, ekspresi seluruh badan, rasa cemas terhadap orang-orang yang tidak dikenal, dan permainan dengan gerakan badan inilah menjadi dasar yang penting pada main peran selanjutnya.

Erik Erikson (1963) menjelaskan dua jenis main peran: mikro dan makro. Main peran mikro anak memainkan peran dengan menggunakan alat bermain berukuran kecil, contoh kandang dengan binatang-binatangan dan orang-orangan kecil. Main peran makro anak bermain menjadi tokoh menggunakan alat berukuran besar yang digunakan anak untuk menciptakan dan memainkan peran-peran, contoh memakai baju dan menggunakan kotak kardus yang dibuat menjadi mobil-mobilan atau benteng.

Sentra main peran harus ada di dalam dan di luar, mendukung anak dengan alat dan perlengkapan untuk bermacam-macam main peran. Untuk anak tiga sampai enam tahun dengan perkembangan terlambat dari anak usia dini, alat harus mendukung tema selain dari tema sekeliling.
  1. Agen Simbolik (Diarahkan pada apa/siapa, siapa yang menerima tindakan).
  2. Pengganti Simbolik (melibatkan alat-alat yang digunakan).
  3. Kerumitan Simbolik (jumlah dan kerumitan adegan, main naskah pendek dalam konteks yang sama).

Demikianlah uraian singkat mengenai Model Pembelajaran dengan Pendekatan Sentra di PAUD. Semoga dapat bermanfaat. Untuk uraian mengenai apa itu agen simbolik, pengganti simbolik dan kerumitan simbolik berikut satu lagi dari tiga jenis bermain dalam pendekatan sentra yakni bermain konstruktif akan diuraikan pada kesempatan berikutnya.

Belum ada Komentar untuk "Model Pembelajaran dengan Pendekatan Sentra di PAUD"

Posting Komentar

Komentar yang mengandung sara, pornografi, tidak sesuai dengan pembahasan, memasukan link aktif, dan bersifat merugikan orang lain akan dihapus. Terima kasih.

Advertisemen