Rabu, Oktober 29, 2014

Tiga Jenis Bermain dalam Penelitian Anak Usia Dini

Tiga Jenis Bermain dalam Penelitian Anak Usia Dini - Pada kesempatan kali ini, membumikan pendidikan masih ingin share mengenai pendidikan anak usia dini (PAUD). Yaitu tentang tiga jenis bermain dalam penelitian anak usia dini. Ada tiga jenis bermain yang dikenal dalam penelitian anak usia dini (Weikart, Rodgers, & Adcock, 1971) dan teori dari Erik Erikson, Jean Piaget, Lev Vygotsky, dan Anna Freud yaitu:
  • Sensorimotor atau main fungsional
  • Main peran (mikro dan makro)
  • Main pembangunan (sifat cair/bahan alam & terstruktur)
Di bawah ini akan diuraikan bagaimana tiga jenis bermain pada penelitian anak usia dini.

Tiga Jenis Bermain

1. Sensorimotor atau Main Fungsional
Dalam main sensorimotor anak melakukan sesuatu berulangkali untuk menikmati sesuatu yang baru dikuasai dan menegaskan kepada dirinya sendiri kemampuan yang baru diperoleh, misalnya anak mengayak pasir atau menepuk air dengan jari jemarinya karena ia menikmati efek tindakan ini dan senang akan kemampuannya. Main ini utamanya dilakukan oleh anak-anak usia lahir hingga dua tahun, namun tetap penting sepanjang masa kanak-kanak. Kebutuhan akan main sensorimotor dipenuhi bilamana lingkungan bermain baik di dalam maupun di luar menyediakan kesempatan bagi anak untuk berinteraksi dengan berbagai tekstur, warna, bentuk, ukuran, dan jenis-jenis bahan main lainnya (Phelps, 2005, p 7-8).

Main ini memberi banyak kesempatan pada anak mengembangkan keterampilan bahasa dan keaksaraan, misalnya koordinasi gerakan tangan dan mata yang penting untuk mengikuti teks halaman sebuah buku, demikian pula gerakan motorik kasar dan halus yang diperlukan untuk persiapan menulis. Main peran seringkali disebut dengan main pura-pura atau main simbolik dimana anak biasanya mengambil sebuah peran berpura-pura menjadi orang lain, dan menggunakan objek sesungguhnya atau pura-pura untuk memainkan peran tersebut. Anak-anak sering memerankan sesuatu yang mereka alami atau lihat; tugas-tugas kognisi yang memerlukan anak untuk mengingat kembali apa yang terjadi, memilih aspek yang relevan, dan menggunakan gerak atau kata-kata dari peran yang dimainkan Perkembangan main peran dimulai sekitar usia dua tahun saat pertama kali anak toddler berpura-pura “minum dari cangkir” atau “berbicara di telepon”. Kemampuan main peran meningkat seiring berkembangnya kognisi anak selama tujuh tahun pertama dalam kehidupannya.(Charles H. Wolfgang, Bea Mackender, and Mary E. Wolfgang, 1981, p. 8).
2. Main Peran (Mikro dan Makro)
Main peran merupakan pengalaman penting yang mendukung perkembangan anak secara keseluruhan; kognisi, sosial, emosi, dan bahasa. Smilansky dan peneliti lain (1990) seperti dikutip Phelps mengembangkan sebuah alat penilaian main peran dan menggunakan alat ini untuk mengamati anak-anak.

Tiga Jenis Bermain dalam Penelitian Anak Usia Dini

Ia menemukan bahwa kemampuan anak bermain peran berkaitan langsung dengan: pengungkapan kata-kata yang lebih baik, kosa kata yang lebih kaya, pemahaman bahasa lebih tinggi, strategi pemecahan masalah lebih baik, lebih ingin tahu, kemampuan melihat sudut pandang orang lain lebih baik, kemampuan intelektual lebih tinggi, bermain dengan teman lebih banyak, agresi menurun, empati lebih banyak, lebih imajinatif, rentang perhatian lebih panjang, kemampuan perhatian lebih besar, dan kinerja tugas-tugas percakapan lebih banyak. (Wolfgang, Bea Mackender, and Mary E. Wolfgang, 1981, p. 7-8).
3. Main pembangunan (sifat cair/bahan alam & terstruktur)
Dalam main pembangunan anak menggunakan objek atau bahan-bahan main untuk menciptakan sesuatu, misalnya menggunakan deretan balok besar mewakili jalan atau balok kecil mewakili mobil (Wolfgang, Bea Mackender, and Mary E. Wolfgang, 1981, p. 10). Wolfgang menjelaskan bahwa terdapat suatu kontinum dari bahan-bahan main pembangunan mulai dari sifat paling cair hingga ke paling terstruktur. Bila penggunaan dan bentuk dari bahan-bahan main ditentukan oleh anak, seperti cat, krayon, spidol, play dough, pasir, dan lumpur maka disebut bahan main sifat cair. Namun apabila penggunaan ditentukan oleh bahan-bahan main tersebut, seperti balok unit, lego, balok berongga, dan puzzle maka dianggap sebagai bahan main pembangunan terstruktur Charles Wolfgang and Mary E. Wolfgang, 1992).

Tiga Jenis Bermain dalam Penelitian Anak Usia Dini

Anak usia dini yang baru pertama kali mengenal bahan-bahan main pembangunan akan memulainya dengan main sensorimotor. Mereka akan mengeksplorasi bahan-bahan main tersebut hingga mengerti penggunaan dan bagaimana cara memainkannya. Penelitian yang dilakukan Phelps di sekolahnya menunjukkan bahwa tahap-tahap perkembangan anak meningkat seiring anak menguasai bahan tersebut. Anak-anak yang awalnya menggunakan cat dan melukis dengan mencoret-coretkan karyanya di papan lukis makin lama lukisan tersebut makin terlihat seperti apa yang mereka gambarkan.

Piaget menjelaskan bahwa bila hasil karya anak menjadi semakin nyata maka secara kognisi anak bergerak mendekati pikiran operasional kongkrit (Piaget, 1962). Bilamana anak dapat terlibat di tahap main yang lebih tinggi ini (sudah ada gagasan dalam pikiran, menghasilkan karya, menceritakan dan menggunakan karyanya untuk bermain peran) maka mereka akan tertarik pada kegiatan yang berkenaan dengan huruf, angka, dan kegiatan keaksaraan. Menurut Phelps, anak-anak harus mampu mewakili yang nyata dalam permainannya sebelum mereka bisa mewakili yang nyata dengan huruf, kata atau angka. Melalui pengalaman mainnya anak belajar tentang dunia sekitarnya dan ketika keterampilan serta pengetahuan yang sesuai telah berkembang, ia akan menggunakan sistem simbol dari budayanya untuk membaca dan menulis (Phelps, 2005, p.3).

Sekian semoga bisa memberikan banyak manfaat.

Belum ada Komentar untuk "Tiga Jenis Bermain dalam Penelitian Anak Usia Dini"

Posting Komentar

Komentar yang mengandung sara, pornografi, tidak sesuai dengan pembahasan, memasukan link aktif, dan bersifat merugikan orang lain akan dihapus. Terima kasih.

Advertisemen