Pendidikan Indonesia di Masa Penjajahan Bangsa Barat
Pendidikan Indonesia di Masa Penjajahan Bangsa Barat - Masa Pemerintahan Belanda, Dalam politik pendidikannya, Belanda tidak memperlihatkan demokratisasi di dalam pendidikan, karena tidak semua orang diberi kesempatan mendapatkan pendidikan yang sama. Sistemnya disebut Three tract system, yaitu:
- Pendidikan untuk golongan bawahan atau rakyat jelata
- Pendidikan untuk golongan atas yang disederajatkan dengan Belanda
- Pendidikan untuk golongan bangsa Belanda, bangsa Eropa dan bangsa Timur lainnya.
Jadi Belanda tidak mendapatkan suatu sistem L‟ecole unique (suatu sistem kesatuan/keseragaman sekolah) dalam pendidikannya di Indonesia. Bahkan menanamkan teori dichotomy atau trichotomi sosial, yang terkenal dengan politik devide it impera pada rakyat Indonesia. Dengan demikian nampaklah perbedaan yang tajam antara pekerja tangan (biasanya rakyat jelata) sebagai pekerja rendahan dengan pekerja intelek, dalam pekerja intelek (pegawai kantor) dianggap lebih tinggi dan dihargai serta dianggap lebih mulia, Sistem “Oester LagerOnderwijs” (OLO), jenis-jenis sekolahnya secara berturut-turut sebagai berikut:
- Pada permulaan tahun 1850 didirikan sekolah kelas I yang lamanya 5 tahun dan diperuntukkan bagi anak-anak dari lingkungan pangreh praja dan ditempatkan di kota- kota kerisidenan. Mata pelajaran; membaca, menulis, berhitung, dll.
- Pada akhir abad XIX didirikan sekolah kelas II yang lamanya 4 tahun dan ditempatkan di kota-kota kabupaten. Pelajarannya berkisar sekitar membaca, menulis, bahasa daerah dan bahasa pengantarnya yaitu bahasa daerah.
- Pada tahun 1875 pemerintah Belanda mendirikan sekolah pamong praja dan yang diterima menjadi murid-murid ialah lulusan sekolah kelas I.
- Dalam permulaan abad ke XX (1900), ppemerintah Belanda mulai menaruh perhatian yang lebih luas tentang pendidikan dan pengajaran bagi rakyat Indonesia.
- Maka pada tahun 1903, pendidikan dan pengajaran bagi rakyat umum atau rakyat jelata diperluas, dengan memperbanyak sekolah kelas II secara perlahan-lahan. Kemudian diadakan peraturan mendirikan sekolah dasar yang lamanya 3 tahun (kelas I, II, III).
- Guru-guru untuk Volkschool mendapat didikan pada Cursus voor volksondrwijs (CVO) yang lamanya 2 tahun.
- Pada tahun 1907 sekolah kelas I dijadikan 6 tahun lamanya dan diberikan pelajaran bahasa Belanda pada kelas III s/d VI.
- Sekolah kelas II yang dulunya hanya 4 tahun, dijadikan 5 tahun dengan dipertinggi rencana pelajarannya.
- Pada tahun 1914 juga didirikan sekolah MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) yang merupakan sambungan dari HIS dan sekolah rendah Belanda.
- Pada tahun 1920 pemerintah menciptakan sekolah baru yang disebut “Schake School”.
Dalam periode konsolidasi mengenai reaksi-reaksi terhadap pendidikan dan pengajaran kolonial Belanda yaitu:
- Pergerakan Budi Utomo
Beberapa orang terpelajar bangsa kita merasakan betul kemiskinan bangsa kita baik lahir maupun batin, sehingga hal ini menyebabkan jiwa mereka untuk berusaha mempertinggi derajat bangsanya. Pengambil prakarsa ialah almarhum Dr. Wahidin Sudirohusudo. Almarhum berkeliling di Pulau Jawa dan menemui orang-orang terkemuka untuk membicarakan kemungkinan-kemungkinan mengadakan “studiefonds”, yang dapat memberi kesempatan kepada pemuda-pemuda pelajar melanjutkan pendidikan dan pengajaran yang lebih tinggi dan kelak dapat bergerak untuk kemajuan bangsanya.
Yayasan dan pergerakan Dr.Wahidin Sudirohusudo ini diterima baik oleh siswa-siswa STPOVIA (Sekolah Dokter Jawa), antara lain oleh; Dr. Sutomo, Dr. Gunawan Mangunkusomo, Dr.Dr. Suradji, dll. Perkumpulan ini ddirikan pada tanggal 20 Mei 1908 dalam lingkungan STOVIA, dan diberi nama BUDI UTOMO. Dalam gerakannya BUDI UTOMO selalu memperjuangkan perluasan pendidikan dan pengajaran bagi masyarakat Indonesia. Tujuan didirikan sekolah-sekolah yaitu untuk menghidupkan rasa kebangsaan, dan kecintaan kepada kebuddayaan sendiri, mempelajari kesenian sendiri, memelihara bahasa sendiri, mempelajari kesusastraan sendiri, dan lain sebagainya.
- Pergerakan Muhammadiyah
Pendiri atau Bapak pimpinan Muhammadiyah ialah; Bapak Kyai Ahmad Dahlan (1868-1925). Cita-cita Kyai Haji Ahmad Dahlan sebagai seorang ulama adalah tegas, ialah hendak memperbaiki masyarakat Indonesia berlandaskan cita-cita agama Islam. Usaha- usahanya ditujukan kepada perbaikan kehidupan rakyat dengan cara memperbaiki hidup beragama. Jadi pergerakan Muhammadiyah menamakan usaha-usahanya kepada perbaikan hidup beragama dengan amal-amal pendidikan dan sosial. Hal ini disebabkan adanya kerusakan-kerusakan kaum muslimin antara lain dalam hal:
Kerusakan dalam bidang kepercayaan (itikad)
Kemunduran dalam bidang pendidikan Islam
Kebekuan dalam bidang hukum fikhi
Kemiskinan rakyat dan berkurangnya rasa gotong-royong
Kyai Haji Ahmad Dahlan dengan cita-cita pendidikan dan pengajarannya yang berdasarkan ajaran agama Islam dan Sunnah, sehingga dapat membentuk manusia Muslim yang bermoral dari ajaran Al-Quran dan Sunnah, dengan pemahaman secara luas, memiliki individualitas yang bulat dalam arti adanya keseimbangan antara segi-segi rohani dan jasmaninya dan bersikap positif terhadap persoalan masyarakatnya.
- Perguruan Nasional Taman Siswa
Bapak dan pencipta Perguruan Nasional Taman Siswa ini dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889, sebagai putra dari Pangeran Ario Suryaningrat, atau sebagai cucu dari Pakualam III. Jadi Ki Hajar Dewantoro yang nama kecilnya Raden Mas Suwardi Suryaningrat adalah bangsawan dari Yogyakarta (Paku Alam). Meskipun putra seorang bangsawan, tetapi selalu bergaul dengan-anak-anak rakyat jelata.
Dasar pendidikan didirikannya Taman Siswa pada tahun 1922, mempunyai senjata ampuh yang terkenal dengan istilah “Non-Cooperation” dan “self-help” atau Zelf- bedruipings Systeem”. Non-Cooperation ialah sikap menolak kerja sama dengan pemerintah kolonial Belanda.
Self-help atau Zelf-bedruipings Systeem ialah sistem bersandar kepada kemampuan diri sendiri, atau sistem membiayai diri sendiri dalam mengemudikan Pendidikan Taman Siswa, yang menuju kepada pembangunan perekonomian rakyat yang berdasarkan kooperasi serta pendidikan rakyat yang berdasarkan kebangsaan.
Semoga bermanfaat.
Belum ada Komentar untuk "Pendidikan Indonesia di Masa Penjajahan Bangsa Barat"
Posting Komentar
Komentar yang mengandung sara, pornografi, tidak sesuai dengan pembahasan, memasukan link aktif, dan bersifat merugikan orang lain akan dihapus. Terima kasih.