Implementasi Konsep Agroindustri di Negeri Paling Subur Indonesia
Implementasi Konsep Agroindustri di Negeri Paling Subur Indonesia - Dewasa ini, julukan Negara agrarian untuk Indonesia mulai dipertanyakan. Kenapa demikian? Penobatan tanah "gemah ripah loh jinawi", tanah surga, ataupun sebagainya hanya sebatas romantisme lalu. Toh realitasnya memang demikian, sebagai efek dari modernism atau postmodernisme lambat tahun kualitas hasil panen di Indonesia menurun. Lebih disayangkan lagi, lahannya pun kian menyempit. Padahal hakikatnya sector pertanian menjadi penopang kuat perekonomian nasional.
Oleh karena itu, sebagai langkah penyelamatan, usaha konkrit karus dilakukan. Bukan hanya untaian retorika atau janji palsu. Disadari, sikap apatisme masyarakat terhadap lingkungan terbina secara berjamaah. Sehingga sedikit demi sedikit kualitas tanah mulai menurun, alhasil pengaruh terhadap pertanian sangat besar. Bahkan, lebih dari itu, kerusakan alam di Indonesia akan berdampak terhadap kemaslahatan dunia. Sebab, Indonesia merupakan jantung dunia.
Memang cukup sulit bahkan irasional jika menyalahkan satu pihak. Diakui seluruh kalangan bertanggung jawab atas problematika ini. Karena itu, cukup rasional jika yang lebih ditekan adalah sector pendidikan pertanian. Sebab, di samping pendidikan sebagai pusat kajian pertanian paling vital, beban moral dan mental pun diemban olehnya. Sehingga, jika potret bumi tani demikian maka pendidikan pertanianlah yang bertanggung jawab atas hal itu.
Sesungguhnya cukup memilukan jika menelisik kondisi pendidikan pertanian negeri. Bagaimana bukan, sesuai hasil kalkulasi tingkat minat siswa dari jenjang SMA sederajat untuk melanjutkan ke pendidikan pertanian cukup minim. Hal ini diuangkapkan oleh Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemendikbud, bahwa fakultas pertanianlah yang merupakan prodi yang sepi peminat. Itu hanya dalam lingkup pulau jawa, tidak jauh berbeda di luar justru tambah memilukan.
Nah, dengan mengaca data tersebut mungkin dapat ditarik benang merahnya. Pada dasarnya walaupun peserta pendidikan pertanian semakin berkurang, justru dapat diambil inisiatif terbaik. Yaitu dengan cara menempa kader ilmuan pertanian tersebut sebaik mungkin, justru dengan peserta yang tidak terlalu banyak hasilnya pun tentu berbeda. Dan output mendatang pasti mampu menjawab problematika pertanian nasional. Sebab, hal itu menyangkut perekonomian Negara dan masa depan bangsa.
Menerapkan Agroindustri
Sesungguhnya ada banyak alternatif untuk menguatkan perekonomian bangsa. Hanya saja, karena Indonesia merupakan Negara agrarian maka selayaknya alternatif tersebut lebih dimaksimalkan terhadap sector pertanian. Itupun sudah diperkuat dengan penyematan label Negara “Gemah Ripah Loh Jinawi”, yang mana Indonesia merupakan Negara yang subur dan makmur. Yang apabila kayu hanya dilempar di tanah, maka ia akan tumbuh.
Namun sayang, kesuburan tanah bangsa ini telah terkotori oleh tangan tak bertanggung jawab. Dan nilai agararia Indonesia mulai menyusut, hal ini ditandai dengan berbagai impor sembako untuk menutupi kebutuhan primer masyarakat Indonesia. Padahal, hakikatnya jika hanya bertumpu dengan suguhan bumi subur Indonesia, masyarakat akan sejahtera. Namun, kreatifitas untuk mengolah tanah dan hasil tanah kurang maksimal. Alhasil, dari sector pertanian Indonesia belum bisa berdikari.
Oleh karena itu, harus ada penerapan konsep agroindustri, yang menurut Soeharjo A (1991) adalah memanfaatkan bahan baku pertanian kemudian diolah dengan bentuk lain agar bernilai ekonomis tinggi. Memang proses ini cukup panjang, karena memang hasil panen di Indonesia belum begitu maksimal. Setidaknya, dengan memanfaatkan hasil yang ada, akan memunculkan inisiatif baru kemudian akan membuka jalan lain untuk berbisnis dari hasil panennya sendiri.
Terlepas dari itu semua, justru kendala utama problem stagnasi sector pertanian di Indonesia adalah ketidakmampuan petani untuk mengolah sesuai dengan perkembangan zaman yang ramah lingkungan. Setidaknya, sebelum melangkah lebih jauh untuk menerapkan konsep agroindustri pemerintah harus bekerja ekstra dan bersinergi dengan petani, member penyuluhan dengan dilengkapi fasilitas yang memadai, agar sector pertanian Indonesia “MELEK” modern untuk kemudian mampu melangkah jalan menguatkan perekonomian Negara.
Memang ada peluang besar untuk sekedar meningkatkan perekonomian Negara dengan jalan pertanian. Untuk masalah perekonomian Negara, menurut Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa di awal November 2013 ekonomi Negara tumbuh sebesar 5,62 %, jika prestasi itu dapat dikembangkan, selanjutnya tidak lama Indonesia dengan mudah akan menjadi Negara adidaya. Tidak hanya itu, dengan kuatnya perekonomian Negara, Indonesia akan menjadi pusat peradaban dunia.
Karena itu, untuk mewujudkan impian mendatang diperlukan berbagai usaha konkrit dari pemerintah. Setidaknya, untuk langkah awal yaitu dengan usaha mensosialisasikan agroindustri. Yang meliputi Industri Pengolahan Hasil Pertanian (IPHP), Industri Peralatan dan Mesin Pertanian (IPMP), dan Industri Jasa Sektor Pertanian (IJSP). Dan yang tidak kalah penting, di sisi lain yaitu memperbaiki dari bidang akademik. Dengan wujud meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) bidang pertanian.
Butuh Sinergi
Menyikapi berbagai problem yang mendera Indonesia terutama mengenai sector pertanian, maka dibutuhkan sinergi dari semua pihak, baik pemerintah, pegusaha, pemuda bangsa, para Civitas Academica, pakar ilmu, ulama, sastrawan, dan seluruh rakyat Indonesia agar negeri ini benar-benar bisa menjadi negeri “Zamrud Khatulistiwa”, yang kekayaannya bisa dinikmati oleh rakyat, dan lebih dari itu untuk dunia.
Bagaimanapun juga, sinergi membangun negeri menjadi keniscayaan, karena tanpa ini, hanya saling menghujat dan saling menyalahkan lah yang akan selalu mengemuka. Dan sinergi seperti ini akan terbangun, jika para pejabat tidak hanya didikte oleh kepentingan partai politik dan mengabaikan kepentingan Negara dan rakyat yang semestinya diutamakan. Begitupun masyarakat, tidak selamanya bermental Inlander dan inverior. Mulai bangun dari keterpurukan, sadar dan peduli terhadap lingkungan dan masa depan bangsa. Langkah konkritnya yaitu dengan bersinergi dan menerapkan konsep kreatif agroindustri.
------------ Mahfudh Fauzi
(Peraih Beasiswa Unggulan Monash Institute IAIN Walisongo Semarang, dan Ketua Gerakan Pemuda Islam (GPI) Kabupaten Kudus)
Belum ada Komentar untuk "Implementasi Konsep Agroindustri di Negeri Paling Subur Indonesia"
Posting Komentar
Komentar yang mengandung sara, pornografi, tidak sesuai dengan pembahasan, memasukan link aktif, dan bersifat merugikan orang lain akan dihapus. Terima kasih.