Sabtu, Maret 29, 2014

Pendidikan Pengembangan Karakter; Upaya Mengatasi Krisis Moral

Upaya Mengatasi Krisis Moral - Pada postingan kali ini, Membumikan Pendidikan akan mengulas mengenai pendidikan karakter sebagai upaya mengatasi krisis moral. Karakter merupakan ciri khas setiap individu untuk berperilaku dalam menjalani hidup. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang mampu membuat keputusan dan sikap mempertanggung jawabkan segala akibat dari keputusan yang ia buat. Karakter terbentuk bersama proses pendewasaan manusia. Karena pada mulanya seorang anak manusia belum memiliki nilai-nilai dan pengetahuan tentang ajaran etika ataupun moral. Dalam kaitan inilah peran pendidikan harus benar-benar mampu mengatasi krisis moral yang ditandai dengan maraknya aksi anarkisme akhir-akhir ini.
Pendidikan Pengembangan Karakter; Upaya Mengatasi Krisis Moral
Setiap saat manusia berinteraksi dengan lingkungan yang mengalami perubahan tak menentu. Tata nilai yang telah mapan sering digoyahkan oleh nilai-nilai baru yang masih mencari jati diri. Bertolak dari kondisi ini maka pendidikan memegang peran yang sangat penting sebagai wahana mempersiapkan peserta didik untuk menghadapi lingkungan hidup dengan norma dan tata nilai kehidupan yang beragam. Sehingga dalam konsepnya, suatu pendidikan pun harus selalu ada pembaharuan isi kurikulum.

Baca juga: Perubahan Mendasar Kurikulum 2013 dengan Kurikulum 2006 (KTSP)

Dalam proses pembelajaran, kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat penting selain guru serta sarana dan prasarana pendidikan lainnya. Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dengan kurikulum yang terencana diharapkan nafas pendidikan tidak akan tersengal ketika harus berlari mengejar kemajuan teknologi di luar sekolah, namun demikian tetap konsisten berpegang pada tata nilai dan norma agar tidak bertolak dari hakikat pendidikan yang dimaksud.

Sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas dapat dijabarkan bahwa, pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan sesuai dengan potensi daerah dan potensi peserta didik pada satuan pendidikan masing-masing. Sungguh ironis apabila satuan pendidikan tidak segera menyesuaikan kondisi ini. Gagap teknologi, krisis moral peserta didik ketika terjun ke lingkungan baru adalah menunjukan ketidakmampuan satuan pendidikan dalam menyikapi dan melaksanakan kurikulum yang telah dibuat. Sebaliknya satuan pendidikan dapat berlari melesat cepat tatkala sistem yang berimbang yang dibangun dengan saling bersosialisasi dan bersinergis antar pemangku kepentingan (stakeholders) pendidikan.

Baca juga: Orangtua sebagai Partner Sekolah dalam Membelajarkan Anak

Dengan tidak mengesampingkan betapa penting terwujudnya suatu kompetensi keahlian sebagai hasil dalam proses pendidikan, kurikulum berbasis karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan dapat menyebabkan seorang anak menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena seorang anak lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis, serta berwawasan luas, memiliki emosional dan jiwa yang stabil.

Urusan utama dalam dunia pendidikan adalah manusia. Hal ini jelas karena subjek didiknya berupa manusia, demikian pula objeknya. Ketika memasuki dunia pendidikan pada hakikatnya manusia siap mengalami penggemblengan diri untuk dibentuk sebagai individu yang bahkan belum ia mengerti. Oleh karena itu, di sinilah awal dari pembentukan karakter dimulai dengan memberikan pemahaman tentang akhlak, etika, moral, norma, dan tata nilai. Akhlak mencakup segala pengertian tingkah laku, tabi’at, perangai, menjurus pada karakter manusia yang baik maupun yang buruk dalam hubungannya dengan Sang Khaliq ataupun dengan sesama makhluk. Etika berasal dari bahasa Yunani yang berarti watak kesusilaan atau adat, ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (KBBI). Moral diartikan denga tindakan kesusilaan yang dilakukan manusia dalam berinteraksi di lingkungannya. Norma dapat diartikan sebagai pedoman, ukuran, aturan atau kebiasaan. Sedangkan nilai adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya dan merupakan dasar pertimbangan bagi individu untuk melakukan sesuatu yang berkaitan dengan penghargaan, pujian ataupun celaan sebagai akibat dari sikap dan tingkah laku seseorang.

Pendidikan Pengembangan Karakter

Mengembangkan pendidikan berbasis karakter berarti mengupayakan tumbuh kembangnya sistem nilai, moral dan sikap dalam perikehidupan bermasyarakat secara utuh, tidak terbatas pada lingkungan sekolah saja namun berlanjut pada lingkup yang lebih luas. Penambahan materi pendidikan tentang budi pekerti merupakan langkah efektif dan sangat penting dilakukan demi terciptanya karakter dan tabi’at baik serta menghindari pengkaburan tata nilai. Kegiatan bimbingan sangatlah perlu dilakukan oleh setiap guru mata pelajaran dengan memanfaatkan waktu beberapa menit sebagai penyegaran perwujudan pembentukan karakter bagi peserta didiknya.

Seperti dikatakan Mendiknas, bahwa  di antara karakter yang ingin kita bangun adalah karakter yang berkemampuan dan berkebiasaan memberikan yang terbaik, sebagai prestasi yang dijiwai oleh nilai-nilai kejujuran. Memang jika dicermati bahwa telah terjadi pengkaburan karakter asli bangsa Indonesia yang dikenal santun sejak jaman nenek moyang mengarah pada karakter yang bersifat sebaliknya. Tidak dipungkiri pula, saat sekarang ini yang seharusnya tugas guru adalah mendidik tapi justru guru banyak yang harus dididik kembali. Fenomena inilah yang menjadi sorotan Mendiknas sehingga pendidikan karakter perlu segera diterapkan.

Pendidikan sangat berperan dalam pengembangan kepribadian anak. Karakter adalah produk pendidikan, sedangkan pendidikan sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan batiniah manusia. Dengan demikian janganlah pendidikan dianggap sebagai pemberian informasi dan pembentukan keterampilan saja, namun harus diperluas mencakup usaha pencapaian emosional dan social yang sehat bagi peserta didik. Akan lebih tepat sasaran apabila mendidik selain berorientasi pada kompetensi, ditujukan pula pada pengembangan budi pekerti, hati nurani, semangat kecintaan, dan rasa kasih serta kepedulian pada sesama. Membangun karakter berarti membangun peradaban manusia tingkat tinggi. Karakter bangsa yang jelas, kuat, tangguh, berbudi pekerti luhur, jujur, taat hokum, mandiri dan memiliki etos kerja yang tinggi menghasilkan interaksi yang baik dalam bersosial.

Dengan adanya kurikulum satuan pendidikan di masing-masing tingkat satuan pendidikan, sebenarnya sudah cukup memberikan peluang untuk dilaksanakannya pendidikan pengembangan katakter. Salah satu prinsip pengembangan kurikulum di antaranya adalah bahwa kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip yang berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Jika pendidikan tentang pengembangan karakter sudah masuk dan terintegrasikan dalam kurikulum, maka yang tidak kalah penting adalah pembiasaan warga sekolah dalam memberikan contoh untuk mendorong munculnya sifat baik dalam keseharian. Mungkin pendidikan karakter selama ini sudah ada sekolah yang melaksanakan melalui guru BK. Namun kenyataan mengatakan bahwa banyak sekolah yang guru BK-nya tidak sebanding dengan jumlah siswanya. Artinya tingkat bimbingan yang dilaksanakan tidak bisa mencapai hasil yang konkret. Oleh karena itu, perlu metode dan gagasan baru dalam upaya pemberdayaan tenaga pendidik untuk mewujudkan pendidikan pengembangan karakter.

Baca juga: Pendewasaan Karakter Pendidik

Pada hakikatnya, pendidikan merupakan upaya membangun budaya dan peradaban bangsa. Oleh karena itu, UUD 1945, secara tegas mengamanatkan bahwa setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan. Pertanyaannya adalah pendidikan yang seperti apa yang dapat membangun karakter bangsa? Yang jelas bukan pendidikan kekerasan (baca juga: Mempersoalkan Pendidikan yang Berkarakter), bukan melalui kegiatan perpeloncoan yang sering terjadi pada masa-masa penerimaan peserta didik baru. Melainkan pendidikan yang menghasilkan output handal yang mampu menjawab segala tantangan peradaban dengan tetap memperhatikan etika, moral, dan tanggung jawab. Dari sinilah akan dimulai pembangunan peradaban luhur suatu bangsa.

Demikianlah ulasan mengenai pendidikan pengebangan karakter sebagai upaya mengatasi krisis moral. Semoga dapat menginspirasi dan bisa memotivasi sahabat-sahabat membumikan pendidikan untuk selalu mengedepankan karakter dalam mendidik.

Belum ada Komentar untuk "Pendidikan Pengembangan Karakter; Upaya Mengatasi Krisis Moral"

Posting Komentar

Komentar yang mengandung sara, pornografi, tidak sesuai dengan pembahasan, memasukan link aktif, dan bersifat merugikan orang lain akan dihapus. Terima kasih.

Advertisemen