Minggu, Mei 11, 2014

Menanamkan Pendidikan Karakter dengan Strategi Pembelajaran Afektif

Menanamkan Pendidikan Karakter - Berbicara tentang pendidikan karakter dari mulai konsep dasar sampai pada implementasi memang tidak akan pernah selesai. Namun, dengan mengacu pada berbagai literatur mengenai pengertian dan definisi tentang pendidikan dan karakter secara sederhana dapat diartikan bahwa:

Pendidikan karakter adalah upaya sadar yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang (pendidik) untuk menginternalisasikan nilai-nilai karakter pada seseorang yang lain (peserta didik) sebagai pencerahan agar peserta didik mengetahui, berfikir dan bertindak secara bermoral dalam menghadapi setiap situasi.

Banyak para ahli yang mengemukakan pendapatnya tentang konsep pendidikan karakter, di antaranya Lickona yang mendefinisikan pendidikan karakter sebagai upaya yang sungguh-sungguh untuk membantu seseorang memahami, peduli dan bertindak dengan landasan nilai-nilai etis. Pendidikan karakter menurut Lickona mengandung tiga unsur pokok, yaitu:

  • Mengetahui kebaikan (knowing the good);
  • Mencintai kebaikan (desiring the good); dan
  • Melakukan kebaikan (doing the good).

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 dijelaskan bahwa:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Strategi Pembelajaran Afektif

Rumusan tujuan pendidikan di atas, sarat dengan pembentukan sikap atau karakter. Dengan demikian, tidaklah lengkap manakala dalam strategi pembelajaran tidak membahas strategi pembelajaran yang berhubungan dengan pembentukan sikap dan nilai.

Strategi Pembelajaran Afektif

Ada orang yang beranggapan bahwa sikap bukan untuk diajarkan, seperti halnya matematika, fisika, ilmu sosial, dan lain sebagainya, akan tetapi untuk dibentuk. Oleh karena itu, yang lebih tepat untuk bidang afektif bukanlah istilah pengajaran, namun pendidikan.

Namun, oleh karena strategi pembelajaran yang dibicarakan dalam artikel ini diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan yang bukan hanya dimensi kognitif tetapi juga dimensi yang lainnya, yaitu sikap dan keterampilan. Melalui proses pembelajaran yang menekankan kepada aktivitas siswa sebagai subjek belajar. Maka selanjutnya, Membumikan Pendidikan menggunakan istilah strategi pembelajaran afektif.

Strategi pembelajaran afektif memang berbeda dengan strategi pembelajaran kognitif dan keterampilan. Afektif berhubungan dengan nilai (value), yang sulit diukur karena menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam.

Dalam batas tertentu memang afeksi dapat muncul dalam kejadian behavioral. Akan tetapi penilaiannya untuk sampai pada kesimpulan yang bisa dipertanggungjawabkan membutuhkan ketelitian dan observasi yang terus menerus. Dan hal ini tidaklah mudah untuk dilakukan. Apalagi menilai perubahan sikap sebagai akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru atau pendidik di sekolah.

Kita tidak bisa menyimpulkan bahwa sikap anak itu baik, misalnya dilihat dari kebiasaan berbahasa atau sopan santun yang bersangkutan, sebagai akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru. Mungkin sikap itu terbentuk oleh kebiasaan dalam keluarga dan lingkungan sekitar.

Itulah sekelumit tentang bagaimana strategi pembelajaran afektif yakni dengan menekankan kepada aktivitas siswa sebagai subjek belajar, sehingga akan lebih berkesan dan merasa punya andil dalam pembelajaran.

Demikian uraian singkat mengenai menanamkan pendidikan karakter dengan strategi pembelajaran afektif. Semoga bermanfaat.

Belum ada Komentar untuk "Menanamkan Pendidikan Karakter dengan Strategi Pembelajaran Afektif"

Posting Komentar

Komentar yang mengandung sara, pornografi, tidak sesuai dengan pembahasan, memasukan link aktif, dan bersifat merugikan orang lain akan dihapus. Terima kasih.

Advertisemen