Belajar dan Karakteristik Cara Anak Belajar
Belajar dan Karakteristik Cara Anak Belajar - Pagi ini saya akan share mengenai belajar (pembelajaran bermakna) dan bagaimana cara anak belajar. Ini sangat diperlukan bagi setiap pendidik, karena dengan mengetahui cara atau gaya anak belajar, pendidik dapat menyiapkan pembelajaran yang bermakna bagi setiap siswa-siswanya. Belajar
pada hakekatnya merupakan proses perubahan di dalam kepribadian yang
berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian. Perubahan ini
bersifat menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil
dari latihan atau pengalaman.
Pembelajaran pada hakekatnya adalah
suatu proses interaksi antar anak dengan anak, anak dengan sumber
belajar dan anak dengan pendidik. Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi
bermakna bagi anak jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan
memberikan rasa aman bagi anak. Proses belajar bersifat individual dan
kontekstual, artinya proses belajar terjadi dalam diri individu sesuai
dengan perkembangannya dan lingkungannya.
Belajar bermakna
(meaningfull learning) merupakan suatu proses dikaitkannya informasi
baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif
seseorang. Kebermaknaan belajar sebagai hasil dari peristiwa mengajar
ditandai oleh terjadinya hubungan antara aspek-aspek, konsep-konsep,
informasi atau situasi baru dengan komponen-komponen yang relevan di
dalam struktur kognitif siswa. Proses belajar tidak sekadar menghafal
konsep-konsep atau fakta-fakta belaka, tetapi merupakan kegiatan
menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh,
sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak
mudah dilupakan. Dengan demikian, agar terjadi belajar bermakna maka
guru harus selalu berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang
telah dimiliki siswa dan membantu memadukannya secara harmonis
konsep-konsep tersebut dengan pengetahuan baru yang akan diajarkan.
Dengan
kata lain, belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami langsung apa
yang dipelajarinya dengan mengaktifkan lebih banyak indera daripada
hanya mendengarkan orang/guru menjelaskan.
Cara Anak Belajar
Piaget (1950) menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya (teori perkembangan kognitif). Menurutnya, setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman tentang objek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi (menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran) dan akomodasi (proses memanfaatkan konsep-konsep dalam pikiran untuk menafsirkan objek). Kedua proses tersebut jika berlangsung terus menerus akan membuat pengetahuan lama dan pengetahuan baru menjadi seimbang. Dengan cara seperti itu secara bertahap anak dapat membangun pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut, maka perilaku belajar anak sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan lingkungannya. Kedua hal tersebut tidak mungkin dipisahkan karena memang proses belajar terjadi dalam konteks interaksi diri anak dengan lingkungannya.
Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan operasi konkret. Pada rentang usia tersebut anak mulai menunjukkan perilaku belajar sebagai berikut: (1) Mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak, (2) Mulai berpikir secara operasional, (3) Mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda, (4) Membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat, dan (5) Memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, lebar, luas, dan berat.
Memperhatikan tahapan perkembangan berpikir tersebut, kecenderungan belajar anak usia sekolah dasar memiliki tiga ciri, yaitu:
- Konkrit
Konkrit mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkrit yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih bermakna, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan.
- Integratif
Pada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berpikir anak yang deduktif yakni dari hal umum ke bagian demi bagian.
- Hierarkis
Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan mengenai urutan logis, keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan serta kedalaman materi.
Sekian uraian singkat tentang belajar dan cara anak belajar. Semoga dapat bermanfaat.
Belum ada Komentar untuk "Belajar dan Karakteristik Cara Anak Belajar"
Posting Komentar
Komentar yang mengandung sara, pornografi, tidak sesuai dengan pembahasan, memasukan link aktif, dan bersifat merugikan orang lain akan dihapus. Terima kasih.