Senin, Mei 19, 2014

Kepemimpinan Kolektif, Belajar Kolaboratif dalam Pendidikan

Kepemimpinan Kolektif, Belajar Kolaboratif dalam Pendidikan - Kepemimpinan (leadership) sebagai sebuah proses belajar bersama yang saling menguntungkan yang memungkinkan seluruh elemen sebuah institusi turut ambil bagian dalam membangun sebuah kesepakatan yang mengakomodir tujuan semua. Lambert (1998: 5) menegaskan, bahwa kepemimpinan berhubungan dengan berlajar bersama, dan mengkonstruksi tujuan dan pengetahuan secara kolektif dan kolaboratif.

Dalam maknanya yang luas, kolaborasi berarti keterlibatan seluruh konstituen pendidikan. Ketidakhadiran satu konstituen saja bisa mengakibatkan gagalnya usaha perubahan. Cheng dan Chan (2000) dalam studi mereka tentang pengalaman Hong Kong dalam melaksanakan program SBM (school-based management), menyimpulkan bahwa reformasi pendidikan melalui gerakan SBM merupakan proses yang sangat “complicated” yang melibatkan hubungan-hubungan ekologis antar berbagai konstituen sekolah. Seperti antara kantor pusat dan daerah departemen yang mengurus pendidikan, badan-badan yang mensponsori sekolah, dewan manajemen sekolah, kepala sekolah, guru, siswa, orang tua, alumni, organisasi-organisasi professional, dan masyarakat. Kolaborasi yang dimaksud bukan hanya sekedar berarti setiap orang dapat menyelesaikan pekerjaannya. Tetapi yang terpenting adalah semuanya dilakukan dalam suasana kebersamaan dan saling mendukung.

Kepemimpinan Kolektif, Belajar Kolaboratif dalam Pendidikan
Beberapa Negara yang melaksanakan gerakan MBS secara besar-besaran, tetapi tidak memperhatikan perubahan substantif dalam pedagogi dan dalam cara guru bekerjasama dalam menerapkan bahan-bahan pengajaran, mengalami kegagalan. Permasalahan intinya adalah karena ketiadaan perubahan dalam budaya kolaborasi tersebut. sebuah reformasi pendidikan menuntut upaya desain ulang secara mendasar terhadap strategi pengajaran dengan menekankan kolaborasi nyata sesama guru.

Ketika membandingkan antara sekolah yang berhasil dengan sekolah yang bermasalah, yang pertama lebih menekankan nilai-nilai kolektifitas dan kolaborasi, sementara yang kedua tidak. Pada tipe pertama, sekolah melibatkan seluruh konstituennya untuk merumuskan semua kegiatan sekolah dan menjaga komitmen mereka. Sementara pada tipe kedua, terjadi proses alienasi sehingga setiap orang bekerja sendiri-sendiri tanpa koordinasi dan arah yang jelas.

Sebagai sebuah institusi yang terus belajar (learning organizations), sekolah seharusnya membangun pengetahuan, skill, dan budaya pencarian yang tiada henti (constant inquiry) dalam lingkungannya. Dalam masyarakat yang terus belajar, baik kepala sekolah, guru, siswa, orang tua, dan anggota masyarakat bertindak sebagai pelajar. Dua prinsip esensial sebuah masyarakat yang belajar adalah bahwa setiap individu memegang tanggung jawab utama untuk mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan belajar mereka, dan bahwa setiap orang bertanggung jawab membantu orang lain mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan mereka dan menawarkan diri mereka sebagai sumber belajar yang fleksibel bagi masyarakat (Reynolds, 1994).

Jika sekolah berkeinginan untuk berinovasi dan mengembangkan performanya, maka ia seharusnya menjadi sebuah masyarakat belajar yang efektif. Seluruh komponen sekolah seharusnya secara bersama belajar bagaimana melaksanakan sesuatu secara berbeda melalui proses desain dan desain ulang berkali-kali. Organisasi yang mampu meningkatkan performa secara continue adalah organisasi yang tidak hanya membangun kondisi organisasi berupa keterlibatan yang tinggi, tetapi juga menerapkan proses pengembangan yang terus menerus untuk memperkenalkan pendekatan-pendekatan teknis dan organisasi yang baru. Lebih jauh, dengan membentuk forum kolaboratif, para guru menemukan jalan kerjasama dalam menyampaikan bahan-bahan pengajaran yang pada gilirannya mengarahkan mereka ke perubahan selanjutnya dalam penyusunan organisasi dan koordinasi untuk mendukung pendekatan baru dalam proses belajar mengajar.

Demikian ulasan tentang kepemimpinan kolektif-belajar kolaboratif dalam pendidikan, semoga bisa bermanfaat.


Belum ada Komentar untuk "Kepemimpinan Kolektif, Belajar Kolaboratif dalam Pendidikan"

Posting Komentar

Komentar yang mengandung sara, pornografi, tidak sesuai dengan pembahasan, memasukan link aktif, dan bersifat merugikan orang lain akan dihapus. Terima kasih.

Advertisemen